radartasik.com - Menindaklanjuti arahan Presiden dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, telah digelar High Level Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah (Rakorpusda) Pengendalian Inflasi 2022.
Rakorpusda ini menjadi salah satu agenda penting dalam memperkuat sinergi Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk merumuskan program kebijakan pengendalian inflasi pada tataran implementatif pasca penyesuaian harga BBM.
Pada Agustus 2022, inflasi Indonesia tercatat sebesar 4,69% (yoy) yang lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi Juli 2022 sebesar 4,94% (yoy).
BACA JUGA:Ridwan Kamil Targetkan Masjid Raya Al-Jabbar Desember Bisa Dipakai Sholat
Inflasi yang meningkat pada bulan Juli lebih didorong oleh lonjakan inflasi volatile food yang tercatat 11,47% (yoy) dan telah berhasil ditekan pada bulan Agustus menjadi sebesar 8,93% (yoy) seiring upaya TPIP dan TPID dalam melakukan extra effort pengendalian inflasi, di samping kondisi cuaca yang lebih kondusif.
“Saat ini, dampak dari kondisi global masih sulit dikendalikan, namun yang dapat diupayakan adalah menjaga harga domestik dengan sekaligus menjaga rantai pasoknya, yakni utamanya komoditas pangan," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat sambutan Rakorpusda Pengendalian Inflasi 2022, di Surabaya, Rabu (14/9/2022).
"TPIP-TPID akan terus bersinergi dan gotong-royong melakukan extra effort menjaga stabilitas harga dan mengendalikan pencapaian inflasi Indonesia sebagaimana arahan Presiden RI dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, maupun pertemuan dengan seluruh Kepala Daerah pada 12 September kemarin,” tutur Menko Airlangga Hartarto.
BACA JUGA:Kemunculan Hacker Bjorka Dinilai Sukses Pecahkan Perhatian Publik dari Kasus Ferdy Sambo dan Kenaikan BBM
Urgensi menstabilkan harga pangan adalah karena kontribusi makanan terhadap kemiskinan mencapai 74,1%. Implikasinya kenaikan harga bahan pangan akan meningkatkan kemiskinan.
Beras merupakan komoditas dengan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan.
Kontribusi beras terhadap kemiskinan per Maret 2022 mencapai 23,04% di desa dan 19,38% di kota.
BACA JUGA:Sekda Ivan Dickan Jadi Plh Wali Kota Tasikmalaya
Secara umum, perkembangan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 4,69% pada Agustus 2022 dengan inflasi pangan bergejolak telah turun menjadi 8,93%.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, per minggu pertama September 2022, ketahanan stok komoditas bawang putih, daging ayam, dan daging sapi, berada dalam level aman di 34 provinsi.
Sementara itu, stok komoditas cabai besar dalam kondisi rawan di 17 provinsi dan rentan/tidak aman di 10 provinsi.
BACA JUGA:Ini Bocoran Mobil Listrik DFSK untuk Pasar Indonesia, dari Compact Hingga SUV Car
Sedangkan yang masih perlu diwaspadai lagi adalah stok komoditas cabai rawit yang dalam kondisi rawan di 14 provinsi dan rentan/tidak aman di 10 provinsi.
Mencermati kondisi ketahanan stok komoditas pangan, Menko Airlangga kembali mengarahkan kepada seluruh daerah untuk fokus pada program-program yang dapat segera menstabilkan harga dan memastikan ketersediaan pasokan.
Di antaranya adalah perluasan Kerja Sama Antardaerah (KAD), terutama untuk daerah surplus/defisit dalam menjaga ketersediaan suplai komoditas.
BACA JUGA:Cerita Pemuda Cirebon yang Dituduh sebagai Hacker Bjorka, Fikriansyah Mengaku Semalaman Tidak Bisa Tidur
Selain itu, meningkatkan pelaksanaan Operasi Pasar dalam memastikan keterjangkauan harga dengan melibatkan berbagai stakeholders; termasuk peningkatan program Ketersediaan Pangan dan Stabilitas Harga (KPSH) untuk segera menstabilkan harga beras.
Selanjutnya, memperluas kerja sama dengan pelaku digital pertanian dalam peningkatan produktivitas maupun pemanfaatannya untuk memperlancar distribusi bahan pangan ataupun produk pertanian lainnya.
Mempercepat implementasi program tanam pangan pekarangan (misalnya cabai) pun harus dijalankan guna mengantisipasi tingginya permintaan di akhir tahun.
BACA JUGA:Cerita Pemuda Cirebon yang Dituduh sebagai Hacker Bjorka, Fikriansyah Mengaku Semalaman Tidak Bisa Tidur
Dalam jangka menengah, pengembangan program closed loop dalam hilirisasi produk hortikultura dapat terus diperluas.
Ditambah juga dengan memperkuat sarana-prasarana penyimpanan produk hasil panen (misalnya cold storage), khususnya di daerah sentra produksi agar umur simpan lebih panjang, maupun di daerah konsumen untuk menjamin kecukupan pasokan lebih lama. (econ)