EVMF
Pak Pry, terpikir oleh saya dan teman-teman, apakah tidak sebaiknya Indonesia ke-depan-nya dipimpin oleh Teknokrat? Pemikiran ini berdasarkan : 1. Banyak negara mengalami kemajuan yang pesat karena dipimpin oleh teknokrat ; baik itu teknokrat ekonomi maupun teknokrat science dan teknologi. 2. Era sekarang ini Indonesia berada pada Bonus Demografi dengan didominasi oleh usia produktif yang semestinya dapat dimanfaatkan se-optimal mungkin. 3. Sumber alam Indonesia masih tersisa cukup melimpah, ini bisa dijadikan modal utama untuk kemajuan Indonesia. Sayang sekali, sejauh ini teknokrat-teknokrat Indonesia hanya sebatas menjadi Staf Ahli. Bukankah sebaiknya giliran para teknokrat untuk memimpin bangsa ini ke-depan-nya. Pak Pry, punya komentar untuk hal ini?
Pryadi Satriana
Adi Prayitno bilang PPP akan solid di KIB. Saya pikir ndhak gitu, akan merapat ke PDIP, yg memberi "restu", tercermin dr cepatnya pengakuan dari MENKUMHAM, yg jg "petugas partai"-nya Mega. Partainya Mega? Lha iyo, lha dikit2 bilang,"Yg tidak setuju silakan mundur/keluar." Kadang saya lupa bahwa kata2 kayak gitu bukan keluar dari mulut Cak Kartolo ... Yo wis ..., ben. Rupanya Mega masih berambisi menduetkan Prabowo-Puan. Saya bukan siapa2, tapi saya mau beritahu Bu Mega, saya sudah lakukan "survei" pribadi, siapa pun yg disandingkan dg Puan malah ndhak kepilih krn Puan itu "kartu mati." Ini bukan pendapat pribadi lho ya, itu pendapat "kanca-koncone Pryadi". Tapi Bu Mega ndhak perlu risau ttg pendapat teman2 saya itu bahwa Puan adalah "kartu mati" karena teman2 saya itu sesungguhnya bukan para pemain kartu. Gitu aja. Maaf kalau ada yg kurang berkenan. Saya hanya sekadar menggunakan hak konstitusional saya untuk berkomentar, apalagi di Disway ada wadah untuk berkomentar. Salam. Rahayu.
Jokosp Sp
Saya pagi coba login, saya hitung setelah tiga kali gagal. Tambahan klik 30 kali lagi tetap gagal. Mau misuh kayak Om Aryo yang jadinya ngambek gag mau baca lagi setelah 27 kali login ?. Wong saya masih diberi mbaca dengan gratis, rasanya kok gag elok mau misuh. Tapi kok hal - hal gini terjadi berulang - ulang ya ? kapan drekrut IT yang jempolan biar bisa mengajari yang SMK - SMK itu ?.
yea aina
Tebakan Pak @MM, ada benarnya pak. Harus 7 kali mencoba login, alhamdulilah baru beberapa menit lalu bisa koment. Topik politik bukan spesialis saya Pak Mirza, saya cuma komentator receh nan pinggiran. Cuma coba melihat dari sudut pandang agak beda untuk topik politik, khususnya. Assalamualaikum Pak Mirza, Salam hormat buat panjenengan.
Kliwon
Terima kasih udah merindukanku pak Mirza. Kalo anak alay sekarang pindah ke Detik Pak. Disana dia jadi komentator antagonis. Komentar²nya selalu mengundang keributan. Tapi emang bener Pak, login ke Disway yg sekarang susahnya Naudzubillah. Keknya bener² tergantung amal perbuatan. Dan kebetulan amal perbuatanku ngeri-ngeri sedap. Pernah suatu Ahad pagi lewat rumah Gadang Injoko. Pas ada grup senamnya pak DI lagi jingkrak² gembira disitu. Sempat pengen mampir bentar buat protes langsung ke pak DI. Cuma mau teriak, "Mau komentar nyinyir di Disway aja susah banget si Pak.."
Mirza Mirwan
Setelah menulis komentar pagi tadi hingga menjelang Dhuhur saya ngebut menyelesaikan belasan halaman buku versi Kindle "DA'WA: A Global History of Islamic Missionary Thought and Practice"-nya Matthew J. Kuiper pinjaman seorang teman di Mumbai. Soalnya, pukul 12.00 bakal hilang dari perpustakaan Kindle saya. Harusnya buku setebal 320 halaman itu sudah saya tamatkan sejak tiga-empat hari yang lalu. Tetapi karena tgl. 1-5 September saya berada di Solo -- menjenguk Om (adiknya almarhumah ibu) yang sakit dan kemudian meninggal, jadinya tertunda. Dan pulang dari Dhuhuran tadi saya buka Disway. Heran juga, kenapa topiknya tentang politik di Indonesia, kok, baru 62 komentar yang masuk. Ooo...ya..ya. ada beberapa komentator yang biasanya menulis beberapa komentar (Yea Aina dan Richlatul Ulfa, misalnya) tidak kelihatan. Mungkin mereka mengalami kesulitan login, seperti dikeluhkan beberapa komentator. Saya sendiri, entah kenapa, ya hanya sekali login waktu Disway pindah dari App April dulu. Kalaupun saya lama tidak berkomentar -- karena fokus 'mencetak' uang -- bahkan hingga lebih dari sebulan, saya juga tak perlu login. Foto profil saya tetap terpampang di sebelah kiri kolom komentar. Jadi, apa sih yang mempersulit komentator untuk login? Lagi-lagi saya rindu dengan Disway semasih di App dulu. Rindu slenge'an Anak Alay, Leong Putu, Kliwon dan yang lainnya. Komentar mereka hanya recehan, memang, tetapi sangat menghibur. Ayolah Disway, tim IT-nya diberdayakan semaksimal mungkin!
AnalisAsalAsalan
Ga bisa login Disway? Untuk tim IT Disway, ini error yang saya alami. Saya menggunakan HP: 1. Ketika buka pakai Chrome: Error Otorisasi (Authorization Error) Error 401: deleted_client The OAuth client was deleted Solusi: saya install Firefox. Lancar jaya. 2. Aplikasi Disway Saya install di Android 10, ga bisa login. Saya install di HP satunya, Android 11, juga ga bisa login. Saat isi username dan password, klik login, aplikasi langsung tertutup. Begitu juga kalau OAuth. Solusi: ini saya belum tahu. Mungkin karena developernya memilih Android versi lama, sehingga tak bisa di Android baru (versi 10 ke atas).
*) Dari komentar pembaca http://disway.id