Zawahiri radikal sejak muda. Ia dianggap terlibat gerakan yang membunuh Presiden Mesir Anwar Sadat. Ia kecewa Sadat berdamai dengan Israel. Padahal ia pernah memuja Sadat karena berani berperang melawan Israel. Ia lantas ke Afghanistan. Awalnya ikut berjuang melawan Russia, lalu berjuang melawan Amerika.
Lama tidak terdengar bersembunyi di mana, tiba-tiba diberitakan tewas di Kabul. Awalnya Amerika mengira Al-Zawahiri bersembunyi di Pakistan. Di perbatasan dengan Afghanistan. Atau di Afghanistan yang berbatasan dengan Pakistan.
Mungkin juga Al-Zawahiri belum lama di Kabul. Mungkin ia merasa aman bersembunyi di ibukota Afghanistan. Taliban sudah kembali berkuasa. Amerika sudah hengkang dari sana sejak setahun lalu.
Ternyata bocor. Fatal. Sebagian kelompok Al-Zawahiri mencurigai justru Taliban yang membocorkannya. Taliban memang sudah bertekad kali ini Afghanistan tidak mau lagi jadi sarang teroris asing.
Yang jelas Taliban juga tidak utuh satu. Tahun lalu tokoh Taliban, Bismillah Muhammad, diserang Taliban sendiri. Padahal ia penjabat menteri pertahanan kala itu.
Tempat persembunyian Al-Zawahiri kali ini memang aneh. Sembunyi tapi di pusat kota. Ibukota pula. Sembunyi tapi di rumah yang sangat mencolok. Rumah itu menghadap jalan raya. Begitu megahnya rumah itu sampai secara tidak resmi disebut ''Poppy Palace''. Istana Poppy.
Poppy adalah sebutan untuk bunga seksi yang menjadi bahan baku obat bius.
Rumah itu disebut Istana Poppy lantaran masyarakat tahu di situlah dulu orang-orang kaya bermukim –yang kekayaan mereka berasal dari perdagangan bunga gila tersebut.
Sherpur, di pusat kota Kabul, memang komplek orang kaya. Sejak Taliban berkuasa banyak rumah ditinggalkan begitu saja. Sebagian diambil alih oleh pemerintah Taliban. Sebagian lagi tetap kosong.
Rumah yang ditempati Al Zawahiri adalah rumah kosong yang diambil alih penguasa baru. Lalu seorang ajudan pejabat tinggi Taliban mengambil alihnya. Oleh Sang ajudan Al-Zawahiri disembunyikan di situ.
Al-Zawahiri pun terjebak di keramaian seperti itu. Ia yang dulu merawat Osama. Kini ia menyusul pendahulunya.
Kelihatannya model memburu teroris dengan drone menjadi cara baru Amerika. Tanpa perlu mengorbankan orang sipil. Drone serupa juga sudah membunuh tokoh Al Qaeda lainnya: Abu Khayr al-Masri. Saat itu Al-Masri lagi di Syiria. Ia lagi dalam perjalanan di Idlib, dalam mobil sedan Kia buatan Korea. Pisau-pisau model Ginsu menembus sedan itu. Al-Masri tewas. Mobil sedannya tidak hancur. Hanya robek atapnya.
Drone yang melepaskan Ginsu itu pun kembali ke pangkalannya. Pisau Ginsu mendapat promosi gratis. Ikut jadi pahlawan Amerika –meski bukan pisau itu yang digunakan di operasi sebenarnya.
Reputasi pisau Ginsu hanya pernah tercemar sekali di tahun 1993: dipakai memotong penis seorang suami.
Sukses.
Malam itu sang suami baru pulang dari minum-minum. Tiba di rumah ia mengajak istri untuk ke "surga". Sang istri tidak mau. Ia pun seperti mau makan gaya prasmanan: buka sendiri, tutup sendiri.