Senada dikatakan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cirebon Abraham Mohammad. Abraham bahkan mengatakan tidak ada kaitannya koperasi maupun UMKM dengan bahan baku binatang melata jenis ular, kodok, dan cicak. “Sejauh ini tidak ada,” singkatnya.
WARGA SEBATAS MENGOLAH
Karena tak ada pembinaan dari pemerintah, warga Kertasura dan para pengepul rata-rata tidak mengetahui untuk apa ketiga jenis hewan itu diolah dan diekspor.
”Ya nggak ada pembinaan. Kalau kita di sini hanya pengepul. Dengar-denger sih katanya untuk pengobatan. Tapi digunakan untuk obat apa, kami tidak tahu,” ucap Dodi Hermawan, salah seorang pengepul cicak.
Untuk pengolahan ular, ada yang mengambil kulitnya saja untuk pembuatan bahan baku tas, dompet kulit, dan lainnya.
Ada juga yang diolah untuk obat.
Sementara cicak dan kodok lebih khusus untuk pengobatan, serta bahan untuk membuat swike.
BACA JUGA: Pantesan Harga Jual Cicak Kering Mahal, Diekspor ke China untuk Dijadikan Ini…
Dodi sebenarnya sempat memikirkan untuk membuat ternak cicak. Namun saat in dia belum menemukan ilmu atau cara ternak cicak maupun kodok.
”Apalagi cicak, ya kalau ketemu ilmunya mungkin diternakkan. Bagaimana cara mengembangbiakannya. Tapi kalau kodok memang sudah ada yang ternak. Cuma dagingnya tidak seenak seperti kodok yang berkembang biak secara alami,” sebutnya.
Senada dengan para pengepul yang kurang mengetahui manfaat bagi pengobatan, Kaur Pemerintahan Desa Kertasura, Kabar, juga kurang mengetahui manfaat cicak, kodok, dan ular.
”Ya sepengetahuan saya kalau kodok kan untuk swike. Kulit ular kan buat bahan pembuatan tas dan dompet. Sementara untuk cicak saya kurang paham. Untuk pengobatan, tapi buat obat apanya, tidak tahu. Para pengepulnya juga bahkan tidak tahu,” sebutnya.
Sementara dari beberapa referensi diketahui manfaat besar bagi pengobatan. Cicak misalnya, sejak lama digunakan sebagai obat oleh orang Tiongkok.
Biasanya daging cicak mentah disantap bersama sayur asin.