TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Praktisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Desa Binaan Tim Kopi 0 (nol) kilometer memberikan pelatihan terkait literasi Kopi Nusantara.
Pelatihan tersebut diberikan kepada masyarakat petani yang ada di Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung.
Praktisi ITB dari Sekolah Literasi Kopi Nusantara Husna Nugrahapraja SSi MSi PhD mengungkapkan, sekolah LITERASI KOPI Nusantara ini tujuannya untuk memperkenalkan proses pengolahan kopi yang sesuai dengan standar.
BACA JUGA:Kasus Perundungan Bocah SD di Kabupaten Tasikmalaya Menempuh Upaya Diversi
“Kopi yang ada di Guranteng ini, bisa dijual dengan harga yang lebih pantas dan tidak hanya dijual murah atau curah,” kata Husna Nugrahapraja.
“Kopi ini bisa memiliki nilai lebih. Kalau yang paling tinggi di kopi itu disebut kopi spesial,” lanjutnya kepada Radar.
Husna berharap, beberapa kumpulan petani kopi yang ada di Desa Guranteng ini bisa lebih mengenal proses pengolahan kopi lebih terbuka.
BACA JUGA:Kasus Perundungan Bocah SD, Bupati: Merasa Sedih, Semua Anak Saya
Mulai dari cara pemetikannya, pencuciannya, cara permentasinya, dilanjutkan ke pengeringan, lalu nanti bagaimana itu diproses lagi, dibuang gabah keringnya dan kulit-kulit arinya.
Selanjutnya, kopi tersebut di-roasting, sampai akhirnya menjadi satu produk yang memang layak dijual, tidak kaleng-kaleng dan murahan tapi memang bisa masuk ke pasar-pasar premium.
“Kami sudah survei, di Guranteng ketinggiannya 900 MDPL ke bawah. Di sini banyak petani robusta, yang memang belum teridentifikasi,” jelas Husna.
Namun setelah melihat bijinya cukup besar, mirip dengan kopi robusta temanggung. Husna menganggap kopi Guranteng memiliki potensi, kalau semua petani kecil digabungkan akan menjadi aset desa yang cukup besar.
“Jadi kita ajarkan dulu teknik-tekniknya, mulai pemetikan sampai sekarang proses belajar bagaimana cara roasting sampai akhirnya menjadi prodak biji kopi yang telah selesah di-roasting atau disangrai,” ujarnya.
“Kalau dilihat, ketika panen kopi, rata-rata petani kopi di sini langsung ditarik paksa. Jadi bercampur antara yang ceri merah, hijau bahkan baru mendengar istilahnya kopi pulung. Tapi agar tetap bisa dijual, itu yang belum matang direbus terlebih dahulu, lalu dijual secara murah,” tanbahnya.