Radartasik, Gedung Putih telah menunda rencana untuk menjual empat drone tempur MQ-1C Gray Eagle ke Kiev karena kuatir teknologi tersebut dapat jatuh ke tangan Rusia menurut laporan Reuters.
Menurut laporan itu, awalnya penjualan drone itu disetujui oleh Gedung Putih, tetapi kemudian ditandai oleh Administrasi Keamanan Teknologi Pertahanan (DTSA) Pentagon, yang bertugas menjaga teknologi bernilai tinggi dari tangan musuh.
Para pejabat khawatir radar dan peralatan pengawasan drone dapat ditangkap oleh Rusia. Masalah itu telah diabaikan, tetapi kembali muncul selama pertemuan di Pentagon akhir pekan lalu menurut Reuters.
Sebuah sumber dikutip mengatakan bahwa radar dan sensor sekarang berpotensi diganti dengan yang "kurang canggih" agar penjualan dapat dilakukan, tetapi memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan.
Rusia menuduh AS sedang mencoba menggunakan Ukraina sebagai laboratorium uji untuk drone-nya, sebuah langkah yang tidak mungkin dilupakan oleh Moscow.
BACA JUGA:Pentagon: Laboratorium di Ukraina Bukan Untuk Mengembangkan Senjata Biologis
Gray Eagle adalah versi terbaru dari drone penyerang MQ-1 Predator Angkatan Darat AS yang telah banyak digunakan untuk serangan udara di Timur Tengah. Seperti Predator, Gray Eagle dapat membawa rudal Hellfire.
DIkutip dari Russian Today, rencana penjualan dilaporkan pada awal Juni dan belum dikonfirmasi secara resmi oleh AS.
Laporan penundaan itu muncul saat Ukraina terus mendorong Barat untuk memperluas dan mempercepat pengiriman senjata untuk menangkis serangan Rusia.
“Jika menurut Anda kami harus kalah, katakan saja langsung kepada kami, Kami ingin Anda kalah. Kemudian kami akan mengerti mengapa Anda memberi kami senjata pada tingkat ini,” kata Mikhail Podoliak, penasihat Presiden Volodymyr Zelensky, kepada New York Times.