Radartasik, Seorang pejabat senior AS telah berjanji akan memberikan "tanggapan tegas" jika Korea Utara terus melakukan uji coba nuklir.
Komentar tersebut muncul menyusul peluncuran rudal balistik terbaru Pyongyang selama akhir pecan dan diimbangi dengan unjuk kekuatan serupa dari AS dan Korea Selatan.
Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan dengan mitranya dari Korea Selatan, Wendy Sherman Wakil Menteri Luar Negeri AS berpendapat bahwa setiap uji coba nuklir akan melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memperingatkan reaksi internasional secara besar-besaran.
“Akan ada respons cepat dan kuat terhadap tes semacam itu,” kata Sherman dan menambahkan “Seluruh dunia akan merespons dengan cara yang kuat dan jelas”
Sherman sendiri tidak merinci seperti apa pembalasan itu, komentarnya muncul hanya satu hari setelah Pyongyang menembakkan rentetan rudal balistik ke laut, yang menjadi uji senjata kedelapan belas sejauh ini pada tahun 2022.
Langkah tersebut mendorong pasukan AS dan Korea Selatan melakukan peluncuran mereka sendiri sehari kemudian, dengan militer Seoul mengatakan tes tersebut menunjukkan kemampuan "cepat dan akurat" negaranya menanggapi serangan Korea Utara.
Jepang juga bertindak bersama-sama dengan Pentagon dengan melakukan uji coba rudal terpisah sebagai tanggapan terhadap Korea Utara dan memamerkan “kemampuan respons cepat” negaranya.
Sebelumnya, Ned Price juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyuarakan keprihatinan setelah Korea Utara melakukan uji coba bom nuklir ketujuh kalinya dan mengulangi peringatan sebelumnya atas potensi percobaan rudal Pyongyang.
“Ini adalah kekhawatiran yang telah kami peringatkan sebelumnya, saya dapat meyakinkan Anda bahwa ini adalah kemungkinan yang telah kami duga dan itu telah menjadi topik diskusi bersama dengan sekutu dan mitra,” kata Price dikutip dari Russian Today.
BACA JUGA:Korea Utara Tembakkan Tiga Rudal
Uji coba nuklir terakhir Pyongyang diketahui dilakukan pada tahun 2017, menjelang moratorium yang disepakati selama pemerintahan Donald Trump.
Negara itu telah menunda uji coba rudal balistik juga dalam kesepakatan selama jeda singkat latihan militer AS-Korea Selatan, tetapi dilanjutkan kembali setelah latihan bersama kembali dimulai.
Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Yoon Suk-yeol dan mitranya dari AS Joe Biden telah setuju untuk meningkatkan latihan militer bersama sebagai pesan pencegahan ke Utara.
Biden juga menawarkan untuk mengirim "aset strategis" lebih lanjut ke Semenanjung Korea jika diminta oleh Seoul, selain 30.000 tentara Amerika yang sudah ditempatkan di sana.
Sementara presiden Korsel sebelumnya, Yoon, Moon Jae-in lebih mencari perdamaian dengan Korea Utara dan Presiden Trump berusaha untuk mencapai kesepakatan jangka panjang dengan Pyongyang.
Tetapi tidak ada pemimpin yang berhasil menenangkan permusuhan yang telah lama membara dan hubungan telah secara efektif kembali ke status sebelum era Donald Trump.