Radartasik, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini turun dari 4,1% menjadi 2,9%, dan memperingatkan banyak negara berkembang tidak bisa menghindari resesi.
“Di tengah perang di Ukraina, lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan merosot pada 2022,” kata siaran pers Bank Dunia.
“Beberapa tahun inflasi di atas rata-rata dan pertumbuhan di bawah rata-rata sekarang mungkin terjadi, dengan konsekuensi yang berpotensi mengganggu stabilitas bagi ekonomi berpenghasilan rendah dan menengah. Ini adalah fenomena stagflasi yang belum pernah dilihat dunia sejak tahun 1970-an,” lanjutnya.
Akibatnya menurut David Malpass Presiden Bank Dunia: “Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari."
Lembaga tersebut mengatakan setelah pertumbuhan ekonomi global berkurang separuh dari 5,7% pada tahun 2021, pertumbuhan akan terhenti pada kisaran 3% pada tahun 2023 dan 2024.
Hal itu terjadi karena konflik Rusia-Ukraina mempengaruhi investasi dan perdagangan dan permintaan yang terpendam dari pandemi serta ditariknya dukungan kebijakan yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
BACA JUGA:Bersihkan Ranjau di Laut Hitam, Turki Dapat Harga Diskon Untuk Gandum Ukraina
Laporan tersebut menyoroti bahwa perlambatan pertumbuhan antara tahun 2021 dan 2024 akan menjadi dua kali lipat dari periode antara tahun 1976 dan 1979.
Pemulihan dari stagflasi tahun 1970-an membutuhkan kenaikan tajam dari suku bunga di Eropa,karena mereka “memainkan peran penting dalam memicu serangkaian krisis keuangan di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang.”
Menurut laporan itu, baik negara kaya maupun miskin akan terkena dampak perlambatan pertumbuhan, tetapi ekonomi pasar berkembang dan negara berkembang menjadi yang paling rentan.
Sedangkan pertumbuhan di negara maju diperkirakan turun dari 5,1% menjadi 2,6% tahun ini, sementara di negara berkembang dan berkembang diperkirakan turun dari 6,6% menjadi 3,4%.
“Hanya lebih dari dua tahun setelah Covid-19 menyebabkan resesi global terdalam sejak Perang Dunia II, ekonomi dunia kembali dalam bahaya,” ungkap laporan Bank Dunia dikutip dari Russian Today.
”Bahkan jika resesi global dapat dicegah, rasa sakit stagflasi dapat bertahan selama beberapa tahun, kecuali jika terjadi peningkatan pasokan besar-besaran mulai dilakukan,” terang laporan itu.