Radartasik.com - Ritual Rombongan Kelompok Tunggal Jati Nusantara yang berujung maut 11 korban meninggal, satu di antaranya adalah Febriyan Dwi, Polisi berpangkat bripda. Anggota Polsek Pujer, Bondowoso, Jawa Timur itu, hanya pamit kepada ayah mertuanya, mau pergi ke Jember.
Korban termasuk dari 24 orang yang menumpangi minibus Elf dengan Nopol DK-7526-VF menuju Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu pada Sabtu (12/2) malam. Kepada Kasiman, ayah mertuanya, Febriyan Dwi hanya pamit mau pergi ke Jember.
Sabtu itu (12/2), Novita Andiana, istri personel Polsek Pujer, Bondowoso, Jawa Timur, tersebut, bertugas di puskesmas tempatnya bekerja sedari siang. Bondowoso dan Jember, dua kabupaten di Jawa Timur, bertetangga.
”Kalau lagi libur, mungkin istrinya juga akan ikut Febri ke Jember,” kata Kasiman kepada Jawa Pos Radar Jember yang ditemui di Puskesmas Ambulu, Jember, kemarin (13/2).
Seandainya ikut, entah bagaimana nasib Novita. Sebab, kemarin sang suami ditemukan tak bernyawa di Pantai Payangan, Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Polisi 27 tahun itu termasuk dalam 11 korban meninggal di antara total 24 anggota Kelompok Tunggal Jati Nusantara yang mengadakan ritual di tepi pantai.
Ritual yang seharusnya tak dilakukan di tempat tersebut seandainya mereka mau mendengarkan Saladin. Pengelola Bukit Samboja, bukit tempat kelompok yang dipimpin Nurhasan beritual, itu mengingatkan bahwa ombak sedang tinggi.
Peta maritim BMKG memang menunjukkan kondisi gelombang tinggi di sepanjang lepas pantai selatan Jawa. Pada 13 Februari 2022, tinggi gelombang mencapai rata-rata 3,5—4 meter. Kondisi itu diperkirakan berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Di beberapa titik perairan lepas barat Australia, tinggi gelombang bahkan bisa mencapai hingga 10 meter.
Namun, peringatan itu tak didengarkan. Memasuki pukul 00.30, mereka bersemedi, lalu mandi di bibir pantai. ”Setelah kami berbicara dengan ketua kelompoknya, itu ritual untuk menenangkan diri. Mayoritas berasal dari sekitar Jember kota seperti Panti, Sukorambi, Patrang, dan Ajung,” jelas Kapolsek Ambulu AKP Makruf.
Tak semua anggota rombongan langsung ikut ritual. Ada empat orang yang menunggu giliran di gazebo. Petaka benar-benar datang. Ombak besar datang seketika menggulung para jemaah yang tengah bersemedi di bibir pantai itu.
Yang sempat melihat datangnya ombak, seketika berlari dan meminta pertolongan warga. Namun, banyak yang tak sempat menyelamatkan diri dan terseret ombak hingga ditemukan tewas kemarin siang.
Payangan bertetangga dengan dua destinasi wisata terkenal di Jember: Pantai Watu Ulo dan Tanjung Papuma. Secara umum, pantai selatan Jember yang menghadap Samudra Hindia itu memang dikenal berombak ganas dan telah berkali-kali menelan korban.
Pada 23 Maret 2021, tercatat empat kapal karam akibat dihantam ombak di Plawangan Puger dan mengakibatkan kru salah satu kapal hilang. Kira-kira setahun sebelumnya, tiga jukung hancur di tempat yang sama. (jpg/try)