radartasik.com, SITUS Buyut Salam di Desa Sangkanerang Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat menjadi tempat calon kuwu untuk berziarah sebelum bertarung dalam pemilihan.
Meski berada di wilayah Kabupaten Kuningan, Situs Buyut Salam masih memiliki ikatan sejarah dengan Mbah Kuwu Sangkan di Kabupaten Cirebon.
Konon, jika calon kuwu yang hendak maju di pemilihan mengunjungi Situs Buyut Salam, kemenangan akan mereka dapatkan.
Selain berkunjung untuk berziarah, di situs tersebut terdapat sebuah batu yang bisa dijadikan sebagai pertanda. Jika mampu mengangkatnya, maka menjadi pertanda bagus bagi yang berhasil mengangkatnya.
Disamping kandungan sejarah, Situs Buyut Salam memiliki banyak cerita yang patut untuk diketahui. Tak heran, situs yang berada di kaki Gunung Ciremai tersebut kini menjadi destinasi wisata religi.
Warga dari luar kota banyak yang sengaja datang untuk berziarah. Bahkan, ada yang bermalam di situs tersebut. Kebanyakan orang yang datang ke situs tersebut mempunyai keinginan seperti posisi dalam pekerjaan atau jabatan tertentu.
”Paling sering kalau musim pemilihan kuwu, banyak di antara mereka menyempatkan diri datang ke sini,” ujar Sarman warga Desa Sangkanerang.
Sang juru kunci itu menambahkan jika bisa mengangkat salah satu batu jubleg (batu untuk menumbuk padi), maka merupakan pertanda bagus. ”Itu sering terbukti tapi jika niatannya aneh-aneh, jangan harap,” tegas dia.
Udara sejuk khas pegunungan ditambah deretan pohon berusia ratusan tahun menambah aura kesakralan situs tersebut. ”Meski tidak ada batasan, tetapi di sini juga ada etika untuk berkunjung,” kata dia.
Pantangan
Sang juru kunci menceritakan sempat ada warga di sekitar situs yang menebang pohon sembarangan. Namun kandang ayam tersebut tidak lama terkena musibah. Kandang ayam terbakar habis. Padahal maksudnya merapikan pohon yang mengganggu kandang ayamnya.
Jadi, tambah dia, jangan coba-coba mengganggu pohon-pohon di area situs. ”Kalau ada pohon di area situs ada yang tumbang itu bisa menjadi pertanda bagi warga kami,” tegas dia.
Karena itu, di Desa Sangkanerang ada tradisi Ratib atau menolak bala jika terjadi musibah yang luar biasa. ”Usai salat magrib, sekitar seratus orang lebih akan mengumandangkan azan secara serentak di setiap penjuru desa, dengan harapan kita terhindar dari musibah,” ujar Sarman.
Tradisi Ratib masih berlangsung hingga sekarang. Ratib terakhir dilakukan saat wabah Covid-19 menjadi pandemi di Indonesia. ”Kita masih menjaganya dan itu turun temurun,” kata dia.
Sejarah
Situs Buyut Salam masih memiliki keterkaitan dengan Mbah Kuwu Sangkan di Cirebon. Hal tersebut diperkuat dengan penamaan Desa Sangkanerang yang berasal dari kata Sangkan.
Kategori :