radartasik.com, BANDUNG — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta kepada Forum Pemberdayaan Pesantren dan Umat Jawa Barat segera membentuk badan usaha agar FPPU bisa maju melalui kemandirian.
Badan usaha itu akan diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan di Jawa Barat, maupun nasional. Dengan demikian, lahan-lahan yang telantar bisa dikelola, pesantren dan umat pun bisa ikut merasakan manfaatnya.
“Saya titip supaya (FPPU Jabar) segera bikin badan usaha. Nanti berkongsi dengan profesional, dengan tetap peduli dakwah Islam, sehingga hasil yang dikerjakan bisa lebih maksimal, dan kita juga mempunyai kemandirian,” kata Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa Kang Emil.
RK–panggilan lain Ridwan Kamil–juga mengajak FPPU untuk menyukseskan Visi Misi Jabar Juara Lahir dan Batin. Caranya dengan ikut serta aktif dan menyebarkan capaian program yang sudah dilaksanakan oleh Pemda Provinsi Jabar tentang keumatan.
Apalagi FPPU Jabar merupakan organisasi resmi mitra Pemda Provinsi Jabar dalam melaksanakan amanat Perda Pesantren. FPPU terdiri dari tokoh agama, para pimpinan dan gabungan pesantren di Jawa Barat.
“Mari kita sukseskan program pembangunan di 2022 ini. Suatu hari pesantren di Jabar masuk golongan pesantren mandiri,” ucap RK.
Menurut Kang Emil, beberapa program untuk mendorong keumatan sudah dijalankan, seperti Program One Pesantren One Product (OPOP) untuk mendorong kemandirian pesantren di bidang ekonomi.
Selain itu, Kredit Mesra juga untuk mengurangi angka pengangguran, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan keimanan.
“Kita ada program Kredit Mesra yang belum dimaksimalkan. Kaum duafa di lingkungan pesantren bisa segera mengakses Rp 5 juta tanpa agunan tanpa bunga,” ucap Kang Emil.
Dari sisi dakwah, menurut RK, Pemda Provinsi Jabar memiliki Program Dakwah Digital. Selain itu ada pula Program English for Ulama yang bertujuan agar para pemuka agama memiliki keterampilan dakwah dengan menggunakan Bahasa Inggris.
“Kita titip dakwah digital karena sekarang anak-anak ngajinya tidak ke Masjid, melainkan cenderung di Youtube. Jangan sampai mereka salah (memilih) ustaz dan referensi karena tiba-tiba bisa saja menjelek-jelekkan orang lain. Sebelum hijrah menyalahkan diri sendiri, tetapi setelah hijrah malah menyalahkan orang lain,” ujarnya. (rls/idr)