Radartasik.com, Berbicara di parlemen pada hari Selasa (25/1/2022), Johnson mengatakan bahwa ”Tentara Inggris memimpin kelompok pertempuran NATO di Estonia, dan jika Rusia menginvasi Ukraina, kami akan berupaya berkontribusi pada penempatan NATO untuk melindungi sekutu kami di Eropa.”
Namun, Perdana Menteri itu menyatakan bahwa banyak orang ingin mengirim dukungan fisik aktif dalam bentuk pasukan NATO ke Ukraina. ”Saya tidak percaya itu akan menjadi prospek yang mungkin dalam waktu dekat. Ukraina bukan anggota NATO.” Tambahnya.
”Tapi apa yang bisa kami lakukan, dan apa yang kami lakukan, adalah mengirim pasukan untuk mendukung Ukraina,” lanjut Boris Johnson dikutip dari Russian Today.
Pernyataan Johnson senada dengan komentar yang dibuat sebelumnya oleh Wakil Perdana Menteri Dominic Raab, yang mengatakan kepada Sky News bahwa sangat tidak mungkin tentara Inggris akan dikerahkan jika terjadi serangan.
Johnson memperingatkan bahwa serangan ke negara Eropa Timur berisiko mengubah negara itu menjadi "tanah kosong." Dia juga mengatakan bahwa jika Presiden Rusia Vladimir Putin memilih pertumpahan darah, itu akan menjadi tragedi dan sebuah kesia-siaan karena Ukraina melakukan perlawanan yang ganas.
”Jika Rusia menempuh jalan ini, banyak ibu di Rusia yang akan melihat putranya tidak akan pulang,” katanya. “Jika yang terburuk terjadi dan senjata destruktif dari Angkatan Darat Rusia melanda kota-kota Ukraina, saya bergidik membayangkan tragedi yang akan terjadi.”
Pernyataan Johnson datang di tengah para pemimpin Barat yang membunyikan alarm bahaya dalam beberapa bulan terakhir, mereka yakin Moskow mengumpulkan di perbatasan bersama sebelum meluncurkan invasi.
Pada hari Senin (24/1/2022), London mulai menarik staf dari kedutaan besarnya di Kiev sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman dari Rusia.
Ini menyusul tak lama setelah Washington membuat langkah serupa untuk mengizinkan kepergian beberapa perwakilannya dari pos mereka di ibukota Ukraina. (sal)