Radartasik.com - Banyak studi yang menyebutkan, sejak media sosial (medsos) hadir dan mulai dikenal banyak orang, saat itu juga masalah baru muncul. Medsos disebut-sebut berpeluang membawa dampak buruk bagi penggunanya jika digunakan secara berlebihan. Mulai dari potensi kejahatan dunia maya sampai candu yang sulit diobati.
Fear of Missing Out atau Fomo merupakan salah satu dampak psikologis yang ditimbulkan akibat dari penggunaan medsos yang berlebih. Sudah banyak bukti kalau candu medsos mebawa dampak buruk buat penggunanya bahkan sampai timbul keinginan untuk bunuh diri.
Seperti emak-emak di Amerika Serikat (AS) misalnya. Dia menggugat Meta, perusahaan induk Facebook yang juga menaungi Instagram akibat anaknya bunuh diri karena kecanduan bermain Instagram.
Tammy Rodriguez, demikian nama ibu tersebut, mengatakan putrinya, Selena, kecanduan Instagram dan Snapchat sehingga mengalami depresi, gangguan makan, dan kurang tidur, sebelum bunuh diri.
Dikutip dari New York Post, Tammy mengajukan gugatan terhadap dua induk perusahaan, masing-masing Meta dan Snap, ke pengadilan federal San Francisco pada Kamis (20/1) pekan lalu.
Dalam materi gugatan disebutkan, produk kedua perusahaan itu lemah dari pengawasan orang tua. Selain itu, kedua platform berusaha mengeksploitasi kerentanan pengguna. Dampaknya, Selena harus berjuang selama lebih dari 2 tahun mengatasi kecanduan yang ekstrem sebelum bunuh diri pada Juli 2021.
Tammy yang berasal dari Enfield mengatakan, putrinya Selena mengalami kecanduan berat Instagram dan Snapchat. Ia menyebut, ketika dirinya mencoba membatasi penggunaan kedua aplikasi, sang anak justru melarikan diri dari rumah.
Selena sempat dibawa ke terapis. Menurut gugatan, sang terapis mengatakan dirinya belum pernah melihat pasien yang kecanduan media sosial hingga level ekstrem seperti Selena.
“Satu-satunya cara bagi Tammy Rodriguez untuk membatasi akses ke produk tergugat secara efektif adalah menyita perangkat Selena,” demikian bunyi gugatan, seperti dikutip dari RT.
Matthew Bergman, pengacara keluarga Tammy yang juga pendiri Pusat Hukum Korban Media Sosial, mengatakan ada permasalahan pelik dialami para remaja di AS terkait dengan media sosial. “Ada epidemi kesehatan mental di kalangan remaja Amerika,” kata Bergman, kepada Bloomberg.
Dia juga menangani kasus serupa pekan lalu, yakni seorang ibu di Oregon yang mengeluhkan putranya mengalami gangguan mental. Korban merupakan remaja 15 tahun yang juga kecanduan produk Meta dan Snap.
Menurut Tammy, hadiah yang tidak diketahui dan berubah-ubah di Snapchat mirip mesin slot tetapi dipasarkan ke pengguna remaja yang bahkan lebih rentan ketimbang pecandu judi. Tammy juga mengatakan Instagram berusaha mengeksploitasi kerentanan pengguna terhadap desain persuasif dan akumulasi tak terbatas dari imbalan yang tidak terduga dan tidak pasti dalam bentuk likes dan followers.
Menurutnya fitur-fitur itu sangat merugikan pengguna remaja dan pra-remaja yang otaknya masih belum sepenuhnya berkembang.
Terkait gugatan dan kejadian itu, juru bicara Snap mengatakan, mereka sangat terpukul mendengar meninggalnya Selena. “Meski kami tidak dapat mengomentari secara spesifik litigasi aktif, tidak ada yang lebih penting bagi kami daripada kesejahteraan komunitas kami,” kata Snap.
Mereka juga mengklami telah menggandeng banyak organisasi kesehatan mental, untuk menyediakan alat dan sumber daya dalam aplikasi, sebagai upaya berkelanjutan dan menjaga komunitasnya tetap aman.
Sementara, belum ada tanggapan Meta terkait gugatan tersebut. (jpg/ try)