Radartasik.com, Anak -anak saat ini mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas. Hal itu karena pemerintah masih tetap memberlakukan kebijakan tersebut.
Dokter Spesialis Anak dr. Lucia Nauli Simbolon, M.Sc, Sp.A, mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Menurutnya tidak ada efek samping yang berbahaya untuk vaksinasi anak.
“Kondisi kesehatan anak dipengaruhi oleh multi-faktor ya, mulai dari asupan bergizi dan seimbang, minum yang cukup, prokes, serta vaksinasi berbagai penyakit,” kata dr. Lucia secara virtual, Kamis (20/1/2022).
Di samping vaksinasi, menurutnya, pelaksanaan PTM dalam kelompok belajar kecil memudahkan proses contact tracing jika terdapat kasus positif.
Sekolah, kata dr. Lucia, harus membatasi interaksi yang tidak berarti. Jam masuk dan keluar diatur bertahap, sehingga tidak ada kerumuman.
“Selain itu, perhatikan secara lebih kondisi kesehatan anak yang memiliki penyakit komorbid, di mana obesitas sudah termasuk komorbid,” jelasnya.
Sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) selain penerapan protokol kesehatan yang baik dan tepat, pelaksanaan PTM terbatas dapat dilakukan dengan catatan bahwa semua guru dan petugas sekolah sudah divaksinasi dengan lengkap.
Begitu pula dengan para peserta didik yang dapat hadir hanya jika sudah divaksin lengkap dan tanpa komorbid.
Menurut dr. Lucia, idealnya anak usia 12-18 tahun dapat menjalani PTM terbatas 100 persen dengan catatan tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 dan transmisi lokal Omicron.
Untuk anak usia 6-11 tahun, proses pembelajaran idealnya dilaksanakan secara hybrid (50 persen luring dan 50 persen daring) dan untuk usia 6 tahun ke bawah belum dianjurkan pelaksanaan PTM.
“Sekolah dan pemerintah memberikan kebebasan kepada orang tua untuk memilih PTM atau belajar secara daring, tidak boleh ada paksaan,” jelasnya.
Berikut tips bagi orang tua untuk melindungi anaknya dari Covid-19 :
Lindungi Anak dengan Komorbid
Obesitas dan penyakit autoimun merupakan komorbid pada anak. Menurut dr. Lucia akibat infeksi Covid-19 pada anak, kini terdapat kondisi yang disebut MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children).
Hal ini merupakan kondisi di mana banyak organ tubuh yang mengalami peradangan pada anak yang sebelumnya terkena Covid-19.
Keluhannya pun beragam mulai dari ringan ke berat, seperti demam, nyeri, sulit bernafas, kebiruan atau pucat, yang dapat menyebabkan kondisi kritis hingga dapat menyebabkan anak meninggal dunia.
“Terdapat sekitar 0,14 persen anak yang dinyatakan MIS-C, sedikit ya sepertinya, tapi jangan sampai anak terkena, akan sedih sekali,” katanya.
Kategori :