radartasik.com, BANYURESMI — Revitalisasi Situ Bagendit yang menghabiskan anggaran hingga ratusan miliar rupiah menjadi sorotan pelaku pariwisata di kawasan Situ Bagendit. Hal itu terjadi karena adanya isu swastanisasi.
“Pada prinsipnya, kami tidak menolak siapapun pengelolanya. Tapi para pelaku usaha yang sudah ada harus diakomodir oleh siapapun pihak yang ditunjuk menjadi pengelolanya,” jelas Slamet Sumpena (40), Koordinator Masyarakat dan Pelaku Usaha (MPU) Objek Wisata Situ Bagendit, Minggu malam (16/01/2022).
“Ada 300 kepala keluarga (KK) lebih dari empat desa yang selama ini hidup dari Situ Bagendit. Jika dikelola swasta, maka mereka harus dipastikan bisa tetap ikut usaha dan hidup dari Bagendit,” katanya.
Sebanyak 300 KK yang hidup dari Bagendit, menurut Slamet tersebar di empat desa, yaitu Desa Bagendit, Cipicung, Sukamukti dan Sukaratu. Mereka, sudah secara turun temurun hidup dari keberadaan Situ Bagendit.
Jika swastanisasi pengelolaan Situ Bagendit tidak melibatkan mereka, maka mereka khawatir akan kehilangan mata pencaharian. “Sekarang, masyarakat resah, tidak ada kepastian, apakah akan kembali bisa berusaha atau tidak,” ungkapnya.
Saat ini, menurut Slamet, yang paling menderita adalah pelaku wisata yang berdagang dan penarik rakit di Situ Bagendit.
Selama dua tahun ini, usaha mereka benar-benar terpuruk karena selama proses revitalisasi dan pandemi pengunjung Bagendit menurun drastis dan tempat mereka berdagang dipindahkan.
“Pedagang direlokasi di tempat yang sepi. Padahal awalnya telah disepakati relokasi di tempat yang lebih baik,” katanya.
Slamet menambahkan, revitalisasi Situ Bagendit harusnya memberi dampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Hal ini yang sebelumnya dibayangkan masyarakat. Namun, mimpi para pelaku usaha di Bagendit justru sebaliknya.
Jojo (48), salah satu penarik rakit mengaku sudah 20 tahun hidup dari melayani pengunjung Situ Bagendit. Dari usahanya, banyak warga sudah bisa menghidupi keluarga hingga menyekolahkan anaknya.
Jojo mengaku isu swastanisasi pengelolaan Situ Bagendit menimbulkan ketidakpastian karena nasibnya hingga saat ini belum jelas, apakah akan bisa kembali usaha di Situ Bagendit atau tidak.
“Kita berharap pihak swasta yang ditunjuk dari pemerintah bisa melibatkan kita semua untuk tetap berusaha,” paparnya.
Sementara saat akan diminta klarifikasinya soal isu swastanisasi melalui sambungan telepon sekitar pukul 21.00 Minggu (16/1/2022), Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut Budi Gan Gan belum memberikan respon. (yna)