Dosen Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Teliti Terapi EFT untuk Melancarkan ASI

Kamis 13-01-2022,15:05 WIB
Reporter : ocean

Radartasik.com,  TASIK — Dosen Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya meneliti tentang pentingnya mengurangi kecemasan ibu menyusui untuk menjaga kelancaran air susu ibu (ASI) di wilayah Puskesmas Cibeureum dari Agustus-Oktober 2021.

Kecemasan ini dapat terjadi secara psikologis (wajar) dan akan meningkat pada kondisi krisis seperti ketakutan yang berlebihan, ketidaknyamanan, dan tekanan dari berbagai hal. Misalnya, ibu pasca-melahirkan, ketika ada kecemasan yang tidak dikelola akan menghambat bahkan menghentikan ASI.

Oleh karenanya, tim peneliti Dosen Poltekkes Kemenkes antar lain Dr Tetet Kartilah SKp Mkes, sebagai dosen Manajemen Keperawatan Prodi Sarjana Terapan Keperawatan; Sofia Februanti SKep Ners Mkep, dosen Keperawatan Maternitas Prodi Sarjana Terapan Keperawatan; dan Heri Djamiatul Maulana SSos Mkes, dosen Keperawatan Jiwa Prodi D3 Keperawatan; membantu agar ibu tidak cemas dan mampu memberikan ASI eksklusif dengan baik.

Perwakilan Peneliti Dr Tetet Kartilah SKp MKes menyampaikan alasan mengambil penelitian tentang pentingnya kecemasan ibu menyusui untuk menjaga kelancaran air susu ibu (ASI) di wilayah Puskesmas Cibeureum.

Menurut dia, sebagian besar metode mempertahankan kelangsungan menyusui yang saat ini sering dilakukan adalah pijat payudara, edukasi tentang pentingnya nutrisi dan mengurangi stres serta kecemasan.

”Jarang sekali diberikan teknik mengatasi kecemasan. Padahal, faktor kecemasan sangat mempengaruhi produksi dan kelancaran pengeluaran ASI. Oleh karenanya, kita melaksanakan penelitian tentang pentingnya mengurangi kecemasan ibu menyusui untuk menjaga kelancaran ASI untuk 54 orang di wilayah Puskesmas Cibeureum dari Agustus-Oktober 2021,” katanya kepada Radar, Kamis (13/1/2022).

Selain itu, peneliti menginginkan bayi memperoleh ASI secara eksklusif sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun karena manfaat ASI sangat besar untuk memenuhi unsur nutrisi bayi. Terlebih, menyusui ini merupakan proses alamiah dalam siklus reproduksi ibu yang perlu dijaga kualitas dan kontinuitasnya selama 2 tahun sejak bayi lahir.

”Untuk itu, agar ibu dapat menyusui anaknya dengan ASI eksklusif, ibu menyusui harus merasa tenang, dan dapat mengendalikan kecemasannya. Untuk itu perlu dipelajari upaya-upaya meningkatkan proses pemulihan ibu dan perkembangan psikologis ibu dan bayi,” ujar dia.

Terapi EFT

Cara pijat oksitosin sudah dikenal sebagai metode meningkatkan kelancaran ASI. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan pijatan jempol secara memutar di setiap sela-sela tulang punggung yang berfungsi merelaksasi. Cara ini memerlukan bantuan orang lain untuk melaksanakannya.

Karena itulah, tim peneliti mengambil penelitian pada 2021 untuk melihat seberapa besar efektivitas terapi EFT (emotional freedom technique) terhadap penurunan kecemasan dan kelancaran ASI.

Cara ini dilakukan dengan durasi kurang lebih 30 menit dengan 5 tahapan yaitu persiapan, the set up, the sequence, 9 gammut procedure, dan mengulangi the sequence berupa ketukan-ketukan pada titik-titik meridian tubuh yang dapat dilakukan sendiri.

”Mengingat terapi EFT ini lebih praktis karena dapat dilaksanakan secara mandiri oleh ibu-ibu menyusui, dan memiliki efektivitas yang sama baik dengan teknik pijatan oksitosin, maka teknik ini dapat menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan ibu-ibu menyusui,” katanya.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa efektivitas terapi EFT dalam menurunkan kecemasan pada ibu menyusui sangat besar dengan nilai cohen'n d 1,76. Kelancaran ASI pada ibu menyusui pun sangat besar dengan nilai cohen'n d 1,51.

”Hal tersebut memberikan makna bahwa kelancaran ASI dapat ditingkatkan dengan teknik menurunkan kecemasan melalui ketukan pada titik-titik meridian tubuh yang dikenal dengan istilah EFT,” urai dia.

Pada prinsipnya, terapi EFT memiliki manfaat terhadap penurunan kecemasan yang akan berdampak pada kelancaran ASI ketika seseorang mengalami hambatan emosional seperti marah marah, kecewa, sedih, cemas, stres, trauma dan lainnya pada masa menyusui.

Tags :
Kategori :

Terkait