Radartasik.com, JAKARTA — Kedelai berjangka Chicago ditutup menguat setelah diperdagangkan di kedua sisi dan mencapai level tertinggi dalam hampir lima bulan. Itu merupakan imbas kondisi cuaca ekstrem di Amerika Selatan sehingga mengakibatkan penurunan hasil panen.
Komoditas jagung juga melemah setelah mencatat reli yang didorong risiko cuaca Amerika Selatan, sementara gandum mengikuti.
Kontrak kedelai paling aktif di Chicago Board of Trade (CBOT) bertambah USD5 menjadi USD1.394,75 per bushel dan sempat menyentuh USD1.399, level tertinggi sejak 20 Juli, demikian mengutip laporan Reuters, di Chicago, Rabu (5/1/2022) atau Kamis (6/1/2021 pagi WIB.
Jagung kehilangan USD7,25 menjadi USD602,25 per bushel dan gandum CBOT merosot USD9,25 menjadi USD760,75 per bushel.
"Sedikit koreksi jual dan mungkin beberapa aksi jual pertanian," kata Jack Scoville, analis The Price Futures Group. "Kita mendapati reli yang mengejutkan kemarin (Selasa)," ujarnya.
Musim kemarau yang panas di Argentina dan Brasil selatan mengalihkan perhatian kembali ke potensi penurunan hasil panen untuk tanaman kedelai dan jagung di negara-negara eksportir utama tersebut.
Cuaca di Argentina berubah secara drastis sejak pertengahan Desember, dengan kekeringan mengancam tanaman jagung saat memasuki tahap perkembangan yang kritis, kata analis.
Sementara itu, curah hujan yang berlebihan di Brasil Utara menghambat panen awal dan mengancam menurunkan kualitas tanaman.
"Produksi kacang terganggu oleh semua kelembapan tersebut," kata Dan Smith, Manajer Risiko Top Third Ag Marketing.
"Ini adalah kacang-kacangan yang harus mereka potong sekarang dan dipanen. Mereka tidak bisa mendapatkannya saat ini, karena terlalu basah."
Prospek pasokan Amerika Selatan akan menjadi fokus untuk pasar biji-bijian dalam laporan tanaman dunia bulanan dari Departemen Pertanian Amerika (USDA ) yang akan dirilis pada 12 Januari.
Ekspor kedelai Brasil diperkirakan mencapai 3,375 juta ton pada Januari, sementara ekspor jagung kemungkinan menyentuh 2,59 juta ton, menurut asosiasi pertanian ANEC.
Harga gandum mendapat dukungan dari jagung, sementara juga didukung oleh memburuknya kondisi panen di beberapa bagian Dataran Amerika.
Namun, panen yang melimpah di Argentina dan Australia meredam kekhawatiran pasokan gandum global. (git/fin)