Reputasi Segalanya

Sabtu 21-05-2022,07:00 WIB
Editor : Usep Saeffulloh

Ada tanda-tanda alamnya. Kalau di bawah pohon sudah ada sekitar 10 biji yang jatuh sendiri (gogrog), itulah saatnya dipanen.

Tidak perlu ada yang naik pohon. Cukup pakai tongkat. Yang di ujung tingkat itu dipasangi 'pisau'. Benda tajam itu menghadap ke atas.

Saya kenal ayah Toni. Pemilik gedung bioskop terbanyak di seluruh Kalimantan. Juga produsen film Kejarlah Daku, Kau Kutangkap. Bisnis bioskop itu kena tsunami Studio 21. Ludes.

Saya kaget. Pulang dari Amerika yang riuh, Tini tinggal di kebun sawit nan sunyi.

Tini bisa memanen sawit. Pelepah yang melindungi tangkai tandan itu disodok oleh pisau bertongkat tersebut. Sekali sodok  pangkal pelepah itu putus. Saking tajamnya bukan hanya pelepah yang teriris. Sekalian juga tangkai tandan yang ada di balik pelepah itu.

Jatuhlah tandan sawit itu. Gedebug. Beberapa biji sawit lepas dari tangkai. Berhamburan. Yang tetap di tangkai lebih banyak.

Tandan itu dinaikkan truk. Yang berserakan di tanah, dikumpulkan belakangan.

Begitulah tiap 15 hari dipanen. Sesekali ditemukan satu pohon sawit bisa dipanen dua tandan sekaligus.

Mutu sawit yang dipanen itu tergantung kualitas pemeliharaan. Termasuk pemupukan. Harga pupuk naik. Harga BBM idem. Biaya pemeliharaan meroket. Harga sekitar Rp 1.600/kg itu tidak bagus lagi.

Harga bahan baku minyak goreng tidak lagi murah. Maka harga Rp 14.000/liter  tidak bisa lagi diturunkan. Pun lewat mekanisme pasar. Juga lewat mekanisme sapu jagat.

DMO dan DPO adalah mekanisme yang sudah sangat baik. Hanya perlu diawasi yang baik. Ditambah BLT bagi rakyat miskin. BLT minyak goreng.

Terima kasih krisis. Anda telah membuat rakyat tahu istilah-istilah seperti DMO dan DPO. Saya tidak perlu menulis kepanjangannya.

Hebatnya, DMO –keharusan  untuk memenuhi jatah kebutuhan dalam negeri– minyak goreng ini bisa untuk swasta dan perorangan. Di batu bara DMO itu hanya untuk PLN. Maka menteri ESDM mestinya juga harus adil: DMO batu bara bisa untuk siapa saja yang memproduksi listrik bagi kepentingan dalam negeri.

Titip misi. Apa boleh buat.

Bisakah reputasi Presiden  Jokowi segera pulih setelah sapu jagat dimasukkan kembali ke saku?

Petani sawit awalnya memuja Presiden Jokowi. Terutama atas kebijakan mendorong sertifikasi tanah 2 hektare milik petani sawit. Juga atas pemberian kredit kecil itu –meski sudah lima tahun plafon kreditnya tidak naik. Larangan ekspor sapu jagat kemarin telah membuat jasa sertifikasi itu tenggelam ke dasar kolam.

Kategori :