Ternyata 11 Santriwati Korban Pencabulan Oknum Guru Pesantren adalah Warga Garut

Jumat 10-12-2021,12:20 WIB
Reporter : radi

Radartasik.com, GARUT - Dari dua puluah satu santriwati yang diduga menjadi korban pencabulan oknum guru pesantren di Kota Bandung, Jawa Barat, ternyata 11 anak di antaranya warga Garut. Saat ini kesebelas anak tersebut mendapat pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut. 

Pendampingan dilakukan agar para korban pencabulan tidak mengalami trauma berkepanjangan sehingga tetap memiliki semangat hidup. "Mereka sudah dalam pendampingan kami, sekarang mereka sudah dengan orang tuanya," kata Ketua P2TP2A Kabupaten Garut Diah Kurniasari saat jumpa pers, Kamis (09/12/2021) malam. 

Diah menuturkan korban tindak asusila oleh oknum guru pesantren tersebut bukan hanya warga Garut saja, melainkan ada juga dari daerah lain. Bahkan korbannya dilaporkan mencapai 21 orang, dengan kondisi ada yang hamil maupun sudah melahirkan. 

Khusus untuk korban asal Garut, Diah mengatakan, yang sudah melahirkan sebanyak delapan orang. Kesemuanya kini tinggal dengan orang tuanya dengan disertai pendampingan dari tim P2TP2A Garut. 

"Kami sudah beberapa kali datang melakukan pendampingan, apabila ada yang tidak sanggup mengurusnya kami coba menawarkan untuk dirawat oleh kami," katanya. 

Diah pun mengungkapkan kasus tersebut berhasil terungkap setelah adanya orang tua korban melaporkannya ke polisi, kemudian diproses hingga pelakunya diadili. "Hingga saat ini, upaya pendampingan masih terus berjalan berupa pendampingan korban dalam menghadapi persidangan," katanya. 

Lebih jauh Diah menjelaskan selain melakukan pendampingan kesehatan dan hukum, pihaknya berusaha membantu korban yang masih usia sekolah untuk bisa kembali sekolah maupun melanjutkan kuliah. Selama itu, lanjut dia, tim dari P2TP2A Garut akan terus menjalin komunikasi dengan orang tua korban dan memantau langsung setiap perkembangan korban. 

"Meski para korban telah kembali ke rumahnya masing-masing dan tinggal bersama orang tuanya, pemantauan para korban terus dilalukan lewat komunikasi dengan orang tua dan korban," kata Diah. (antara/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait