radartasik.com, TAWANG — Setelah menjabat selama 15 tahun terakhir sebagai Direktur RSUD dr Soekardjo, dr H Wasisto Hidayat MKes resmi memasuki purna tugas, per 1 Desember 2021 ini. Ia pun berpamitan dengan stakeholder terkait, serta jajaran rumah sakit di momen paturay tineung.
Sejumlah karya sudah ditorehkannya selama mengabdi, akan dilanjutkan calon direktur baru yang saat ini tengah digembleng tim panitia seleksi jabatan.
“Termasuk Gedung Rawat Inap Mitrabatik, berisi ruang VIP 2 lantai dan kelas 1 dua lantai. Belum lagi kita sudah miliki Gedung Hemodialisa, PICU dan terakhir pendirian poliklinik meski terdampak refocusing,” papar Wasisto usai menghadiri acara perpisahan di aula RSUD dr Soekardjo, Kamis (2/12/2021).
Tidak hanya sarana untuk perawatan, selama menjabat direktur ia sukses menghadirkan sejumlah peralatan canggih. Mengoptimalkan pelayanan rumah sakit daerah semakin lengkap, agar pasien dalam kota tak harus dirujuk semua ke luar daerah.
“Alhamdulillah RSUD memiliki peralatan canggih mulai CATH Lab untuk memasang ring jantung, dimana alat tersebut hanya dimiliki oleh RSUD. Meski belum digunakan secara optimal sudah berjalan dalam mengecek sumbatan-sumbatan jantung,” katanya menjelaskan.
Disusul alat canggih lainnya Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang sejauh ini hanya dimiliki rumah sakit di Kota Bandung dan Kota Tasikmalaya saja, yakni RSUD dr Soekardjo.
Maka dari itu, lanjut dia, pihaknya berinovasi untuk mengembangkan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Supaya pasien yang ditangani di sana bisa lebih banyak sehingga tidak terlalu berimbas sepinya pelayanan di rumah sakit.
RSUD pun di era Wasisto memiliki CT Scan dalam memindai tubuh pasien dengan kemampuan 128 slices, sejak 5 tahun terakhir. Alat itu sudah digunakan dalam 3 tahun terakhir, namun belakangan ini terjadi error. “Itu harus diservis dan memerlukan biaya besar. Insya allah RSUD akan perbaiki tahun ini, karena sudah ada dananya,” syukur dia.
Kemudian alat pemecah batu pada ginjal yang tidak mengharuskan pasien dibedah. Melainkan lewat getaran, yang mampu meresonansi batu pada ginjal untuk dipecahkan. “Kita ada alat ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy). Meski alat ini rumah sakit swasta pun ada, tetapi tidak sepremium milik RSUD,” ungkap Wasisto.
Ia menilai dengan cukup lengkapnya peralatan canggih diharapkan mengatrol citra rumah sakit dalam memberikan keseriusan layanan bagi pasien. “Jadi jangan dilihat wajahnya, selain gedung-gedung baru yang mewah dan baik juga peralatan canggih di sini terbilang mumpuni,” kata dia.
Secara pribadi Wasisto menitipkan agar penerusnya nanti bisa memanajerial keuangan lebih baik lagi. Dimana, kata dia, pihaknya waktu dekat ini akan memiliki tabungan keuangan sekitar Rp 22 miliar dari piutang yang belum masuk.
“Saya titipkan ke penerus untuk modal RSUD dalam memberikan layanan terbaik untuk masyarakat. Dulu saya masuk ke sini, apa-apa masih sulit, serba ngutang. Sekarang alhamdulillah ada celengan tersebut mohon direktur baru nanti bisa menambahnya,” harap Wasisto.
Beban serius yang dihadapi rumah sakit ke depan, kata dia, yakni menyiasati kebijakan rujukan berjenjang. Dimana RSUD yang berstatus tipe B tengah mengalami kesulitan pengunjung.
“Rujukan yang berjenjang mengharuskan pasien BPJS Kesehatan itu, setelah mendapat layanan di fasilitas kesehatan pertama seperti klinik, praktik dokter, puskesmas, tidak bisa langsung ke sini harus ke tipe C dulu,” keluhnya.
“RSUD kalau tidak hati-hati bisa collapse, karena tidak kebagian pasien. Maka perlu orang berpengalaman tinggi dalam hadapi hambatan besar ini, kalau orang baru tidak paham manajemen prediksi saya tabungan Rp 22 miliar itu bisa habis,” analisis mantan ASN di lingkungan Pemkot Tasikmalaya tersebut.
Kategori :