radartasik.com, CIBEUREUM - Di saat kegiatan infrastruktur lain mendapatkan pemangkasan anggaran akibat refocusing. Lain cerita dengan kegiatan pembangunan gedung Pusat Pengembangan Industri Kreatif (PPIK) Kota Tasikmalaya yang berlokasi di Jalan Mashudi Kecamatan Cibeureum yang seolah “kebal” dari pemotongan.
Alhasil proyek miliaran rupiah tersebut, tetap akan dibangun serta dikembangkan. Tidak tanggung-tanggung, dana yang dikucurkan untuk proyek PPIK ini mencapai Rp 14 miliar lebih.
“Anggarannya Rp 14 Miliar lebih, terbagi ke beberapa pekerjaan dari mulai konstruksi sampai penataan lingkungan,” ungkapnya kepada Radar, Kamis (11/11/2021).
Pekerjaan gedung PPIK tersebut, sambung Firman, ditargetkan akan rampung pada bulan Desember 2021. Meskipun cuaca Kota Tasikmakaya kerap diguyur hujan, diharapkan tidak sampai menghambat proses pembangunan. “Mudah-mudahan diberi kelancaran pada prosesnya,” katanya.
Disinggung bangunan di PPIK tergolong masih baik, H Firman menyebutkan proyek tersebut bukan renovasi. Dijelaskannya, ada penambahan bangunan sebagai sarana pengembangan industri kreatif. “Jadi ada penambahan fasilitas untuk optimalisasi pengembangan industri kreatif,” ucapnya.
Disinggung soal efektivitas dan keAmanfaatan gedung PPIK, kata FirAman, sejauh ini aset tersebut secara ruAtin dijadikan tempat pelatihan.
Karena upaya itu menjadi salah satu langkah guna meningkatkan kualitas industri kreatif yang ada di Kota Tasikmalaya. “Latihan-latihan kita selalu ada (diselenggarakan Red),” ucapnya.
Justru dengan pengembangan yang dilakukan, menurutnya akan lebih memaksimalkan hasil pengembangan. Karena pelatihan bisa lebih menampung pelaku usaha lebih banyak. “Ke depannya pun kami rencanakan untuk penambahan alat pelatihan,” jelasnya.
Terpisah, Ketua Business Development Center (BDC) Beng Haryono mengatakan upaya pengembangan itu dinilai belum sinkron dengan kebutuhan industri kreatif. Karena latihan yang diterima oleh para pegiat usaha, berbeda dengan praktiknya.
“Kan alat yang dipakai latihan, tidak dimiliki oleh pelaku usaha kecil seperti mesin bordir dan mesin-mesin yang tergolong mahal,” jelasnya.
Menurut dia, pengembangan harus diiringi dengan fasilitas yang maksimal. Salah satunya yakni memperbolehkan pelaku industri kreatif memanfaatkan alat-alat yang ada di PPIK. “Kalau hanya pelatihan kan belum tentu bisa dipraktikan oleh pelaku usaha,” terangnya. (rga)