Radartasik.com, CIPEDES — Ketua Kelompok Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) se-Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya mendapat edukasi dan sosialisasi pemanfaatan limbah rumah tangga. Minyak jelantah yang biasanya dibuang, bisa menjadi nilai ekonomis.
Koordinator Pendampingan PKH Kecamatan Cipedes Kiki Zakiyatusyahidah menjelaskan selama ini limbah tersebut biasanya dibuang dan mencemari lingkungan. Dimanfaatkan kembali untuk memasak pun berbahaya untuk kesehatan.
”Maka, kami berinisiasi memberikan edukasi pemanfaatan jelantah supaya bisa dikumpulkan oleh para penerima PKH dan kita buatkan tabungan seperti bank sampah warga,” katanya di sela kegiatan di aula Kecamatan Cipedes, Selasa (19/10/2021).
Kiki mengoordinir pengumpulan limbah minyak goreng tersebut. Nantinya, para KPM PKH bisa menabung minyak itu dengan harga Rp 2.500 per liter.
”Jadi, mereka nanti punya tabungan dari setiap liter jelantah yang diserahkan. Selain ini menjadi nilai ekonomis, juga kami harap para ibu tidak membuang limbah ini sembarangan apalagi dikonsumsi kembali,” katanya.
Apabila program tersebut berjalan lancar, pihaknya menyiapkan pemberdayaan lanjutan. Melatih mereka yang sudah mengumpulkan jelantah untuk dibuat sabun, lilin dan bahan olahan lain yang bisa bernilai ekonomis lebih tinggi.
”Sementara ini kita kumpulkan untuk bahan biodiesel. Diharapkan ini bisa menekan tingkat pencemaran lingkungan dan edukasi agar para penerima program bantuan lebih berdaya dengan penghasilan dari pengumpulan literan jelantah,” harap Kiki.
Anggota Komisi I DPRD Kota Tasikmalaya Dodi Ferdiana menuturkan kondisi lingkungan di Kota Resik di ambang risiko tinggi. Dimana, kondisi air tanah dan sungai yang tercemar berbagai limbah baik domestik maupun industri sudah tidak lagi menjadi rahasia umum.
“Maka dari itu, kita dorong program-program semacam ini. Selain bisa menjadi penghasilan tambahan para penerima program juga menekan risiko pencemaran lingkungan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Politisi Gerindra itu menuturkan selama ini kebiasaan rumah tangga membuang jelantah ke tempat sampah yang diangkut petugas atau armada ke TPA sampah. Bahkan tidak sedikit membuangnya ke sungai yang memperburuk kandungan air di Kota Tasikmalaya.
”Saya kebetulan ikut serta di Pansus Raperda Pengelolaan Air Limbah Domestik. Memang kondisi air kita sudah memprihatinkan. Maka diharapkan ibu-ibu bisa memanfaatkan ini dengan baik. Beralih kebiasaan lama dan menjadi berdaya dengan pengumpulan untuk bahan biodiesel yang bernilai ekonomis,” harap dia. (igi)