radartasik.com — Rumah sakit umum di Singapura masih bergulat dengan lonjakan pasien Covid-19. Dua di antaranya memiliki inisiatif untuk memaksimalkan unit gawat darurat (IGD) agar dapat melayani pasien dengan kebutuhan mendesak sebanyak mungkin.
Di satu sisi, sejumlah rumah sakit memberikan pelayanan virtual bagi para pasien yang tak terlalu parah untuk mendapatkan akses dokter. Dan pasien yang sudah pernah dirawat, tak perlu kembali lagi. Program ini bertujuan untuk mencegah kunjungan IGD yang tidak perlu oleh pasien gejala ringan atau non Covid-19.
Rumah Sakit Alexandra (AH) memiliki hotline baru untuk pasien yang pulang. Sementara Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong (NTFGH) memiliki skema manajemen perawatan IGD terbaru.
Skema triase ini diujicobakan sekitar Agustus tahun lalu, ditujukan untuk orang lanjut usia yang lemah yang sering mengunjungi IGD. Tujuannya adalah untuk menghemat tempat tidur.
IGD selalu ramai, tetapi pandemi telah membuat situasi RS jauh lebih buruk. Hingga Senin (11/10), 1.698 pasien Covid-19 dirawat di berbagai rumah sakit, dengan 308 membutuhkan suplementasi oksigen dan 42 dalam perawatan intensif. Untuk membebaskan kapasitas rumah sakit, juga menunda operasi yang tidak terlalu mendesak. Dan secara aktif mengeluarkan pasien atau memperpendek masa tinggal jika memungkinkan.
Manajer perawatan yang mengelola hotline di Pusat Perawatan Virtual berasal dari tim perawatan transisi. Dengan skema itu, pasien yang keluar dapat memperoleh akses ke dokter, atau langsung masuk kembali ke bangsal.
“Pasien yang pulang dari rumah sakit bisa langsung dapat menerima akses dokter,” kata Kepala layanan medis AH, yang memimpin tim yang merintis skema tersebut dr. Satya Gollamudi. “Tujuannya adalah untuk mencegah pasien datang kembali,” imbuhnya.
Skema tersebut telah membantu mencegah 37 persen pasien. “Kasus-kasus ini, kalau tidak kita intervensi, akan kembali ke UGD,” katanya. “Hingga saat ini, sebagian besar penerimaan dilakukan melalui UGD,” pungkas dr. Gollamudi. (jpg)