Anggota Dewan Temukan Kata-kata Tidak Pantas di Buku Pelajaran Kelas 2 SD di Kota Cirebon

Kamis 26-08-2021,16:46 WIB
Reporter : radi

Radartasik.com, CIREBON — Buku penunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) siswa kelas 2 SD di Kota Cirebon, dipersoalkan Komisi III DPRD. Pasalnya ada kata-kata yang dianggap tidak pantas dalam buku tersebut,  seperti kata buaya darat, hingga lelaki hidung belang. Yang dinilai belum layak jadi konsumsi anak kelas 2 SD.

Kendati memang kata-kata tidak pantas itu adalah hanya anonim atau kiasan kata saja. Misalnya, buaya darat yang diartikan sebagai penggemar wanita/pembohong. Kemudian hidung belang yang diartikan laki-laki suka selingkuh, dan beberapa kiasan kata lainnya yang dianggap kontroversi.

Anggota Komisi III DPRD Kota Cirebon, Fitrah Malik mengungkapkan, pihaknya sudah mengecek di beberapa sekolah terkait keberadaan buku yang di dalamnya memuat kata kontroversi. Menurutnya, dari fakta di lapangan, sebagian besar buku tersebut sudah beredar ke sekolah dasar di Kota Cirebon.

“Intinya di salah satu halaman. Buku itu memuat kata-kata yang tidak patut dibaca anak kelas II SD,” ungkapnya.

Menyikapi hal ini, dia meminta kepada Dinas Pendidikan untuk menarik buku-buku tersebut. Menegur dan memberikan tindakan agar para guru segera menarik buku-buku tersebut dari anak-anak.

“Sekaligus ini menjadi pelajaran bagi disdik dan sekolah, agar memverifikasi kalau ada buku-buku, LKS, dan bahan ajar lainnya, diteliti dulu, baik itu sebelum cetak maupun ketika akan diedarkan kepada para siswa,” ungkap Fitrah, kepada wartawan.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Pendidikan Dasar Disdik Kota Cirebon Toto Haryanto SPd MM mengakui hal ini luput dari pengawasan.

“Itu memang kita kelewat, padahal sudah diteliti sebelumnya. Mohon maklum, namanya juga manusia. Tapi sudah ada solusinya. Ke depan juga tidak akan terjadi, kita akan lebih teliti lagi,” ujar Toto.

Dia mengakui dalam penyusunan buku atau bahan ajar lainnya semestinya enyesuaikan dengan tingkat usia anak didik. Adapun makna kiasan kata yang tertuang dalam salah satu materi buku tersebut,  bahasa memang tidak begitu signifikan. Tapi hanya kepatutan saja, belum saatnya dipahami oleh anak seusia itu.

“Informasi sudah menyebar ke para siswa di tingkat SD kelas II. Tim penyusun sudah menyesuaikan dengan materi tematik. Akhirnya kita akan memperbaiki, tinggal menghapus konten yang kata-kata tidak pas, kecuali (dibaca) oleh kelas yang lebih tinggi,” tuturnya.

Meski sudah berada di tangan para siswa, namun pihaknya tidak melakukan penarikan buku. Solusinya hanya meminta bantuan orang tua atau guru kelasnya agar kata-kata yang tidak patut itu dihapus dengan tipe-ex.

“Atau guru-guru kelas saat mengajarkan jangan disampaikan dulu materi di halaman itu. Diganti dengan kata persamaan lain yang lebih pantas diterima oleh siswa SD kelas II,” paparnya.

Pihaknya berterima kasih atas adanya masukan dan temuan materi pada bahan ajar ini. Sebagai bahan perbaikan ke depan, agar lebih teliti dalam menyusun dan membuat bahan ajar bagi para siswa, sehingga hal serupa tidak terulang lagi di kemudian hari. (rc/azs)

Tags :
Kategori :

Terkait