Radartasik.com, JAKARTA — Mantan Presiden Afganistan Ashraf Ghani Ahmadzai kabur ke Uni Emirat Arab (UEA) setelah Taliban menguasai negara pada 16 Agustus 2021.
Ghani pun memberikan keterangan alasan dirinya memilih melarikan diri dari negaranya. Ia mengaku takut dihukum mati tanpa pengadilan oleh Taliban dan berjanji untuk kembali.
Melalui pernyataan yang direkam dalam video yang diposting di halaman Facebook-nya dari Uni Emirat Arab pada Rabu, 18 Agustus 2021 malam, Ghani mengatakan, meskipun ada kesepakatan Taliban tidak akan memasuki kota Kabul, pengawalnya memperingatkannya pada Minggu sore militan tersebut telah mencapai dinding Istana Presiden di Kabul.
”Jika saya tetap tinggal di Afganistan, rakyat akan menyaksikan presiden digantung sekali lagi,” ucap Ghani dalam video itu, seperti dikutip dari The New York Times, Kamis 19 Agustus 2021.
Dia mengingat pada peristiwa Presiden Afganistan Mohammad Najibullah yang dieksekusi dengan cara digantung di lapangan umum setelah Taliban merebut ibu kota pada 1996.
Ghani juga membantah laporan dari orang-orang di antaranya utusan Rusia di Kabul, Zamir Kabulov, bahwa dia pergi dengan membawa sejumlah besar uang tunai. Dia mengatakan dia telah melewati bea cukai saat tiba di Uni Emirat Arab.
”Saya datang hanya dengan pakaian saya, dan saya bahkan tidak bisa membawa perpustakaan saya,” ujarnya.
Dalam pidatonya, Ghani menegaskan telah mencoba untuk merundingkan resolusi damai untuk konflik tersebut tetapi telah mengoordinasikan pertahanan Kabul sampai keberangkatannya.
”Pasukan keamanan tidak mengecewakan kami. Elite politik pemerintah dan komunitas internasional yang gagal,” tegasnya.
Kendati demikian, Ghani mengaku memiliki niat untuk kembali ke Afganistan. Dia berhubungan dengan para pemimpin politik Hamid Karzai dan Abdullah yang telah berdiskusi dengan Taliban.
Ghani juga mencatat dirinya bukan pemimpin Afganistan pertama yang terpaksa melarikan diri. Pemimpin Taliban pertama Mullah Muhammad Omar melarikan diri setelah intervensi Amerika pada 2001. (fin)