radartasik.com, JAKARTA - Sebanyak 500 kepala SMK mengikuti program pendampingan sekolah menyenangkan. Menurut Muhammad Nur Rizal selaku pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), para kepsek tersebut akan mengikuti Kelas Perubahan selama 17 minggu hingga Desember 2021.
Peserta, lanjut Rizal, akan dilatih tentang strategi perubahan mindset agar bisa diteArapkan di sekolah, pembelajaran yang lebih menekankan penalaran dan kesaAdaran diri, kepemimpinan dan pengeAlolaan. “Ini agar kepala sekolah daApat menginisasi dan memastikan pemAbaharuan pendidikan terjadi di sekolah,” kata Rizal dalam kick off pendampingan sekolah menyenangkan berbasis GSM terhadap 500 SMK seluruh Indonesia secara daring, Kamis (29/7/2021).
“Kelas ini tidak hanya diikuti satu peserta dari perwakilan sekolah melainkan kepala sekolah harus mengajak 3 orang wakil sekolah yang dapat dijadikan koalisi di sekolahnya,” terang dosen psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Selain itu, lanjut Novi, pendekatan pengajaran yang dipakai adalah andragogi, di mana proses belajar peserta harus terkoneksi antara pengaAlaman dan kebutuhan mereka. Sehingga, kelas ini tidak akan menyita banyak waktu peserta seperti pelatihan pada umumnya.
Peserta akan banyak mempraktikkan konsep yang didapat di Kelas Perubahan untuk diimpleAmentasikan di sekolahnya. Kelas Perubahan ini juga memastikan terjaAdinya stimulasi aktivitas berbagi dan berAkolaborasi antarsekolah sehingga koAmunitas-komunitas kecil yang terAlihat perAgeArakannya akan terAbentuk.
“Keunikan dari Kelas Perubahan ini juga terletak pada adanya materi tentang pengemAbangan praktik bersama antarguru di sekolah, dan antarsekolah,” ucapnya.
Novi menAjeAlaskan, pengemAbangAan praktik berAsama dilaAkukan untuk meningAkatAkan profeAsionalAisme guru di luar pelaAtihAan resmi deAngan cara memAbangun kolaAborasi melalui perAtukaran prakAtik yang sudah dilakukan agar berdampak pada peningAkatan mutu pemAbelajaran.
“Kelas Perubahan ini tidak sekadar keAlas yang diisi materi tentang perAubahAan, tetapi bertujuan memastikan terAbentuknya komunitas belajar yang mengAarah ke profesionalisme guru baru yang sesuai dengan kebutuhan komApeAtensi abad-21,” jelas Novi Candra. (esy/jpnn)