Radartasik.com, JAKARTA- Banyak penderita penyakit diabetes yang takut divaksinasi. Alasannya, mereka khawatir apabila divaksin justru akan memperberat penyakitnya. Anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Penderita diabetes yang tidak memiliki kondisi akut boleh melakukan vaksinasi Covid-19.
“Selama tidak ada penyulit atau kondisi yang akut misalnya infeksi berat atau ada luka yang besar, itu boleh ikut vaksinasi Covid-19. Tetapi jika ada kondisi tersebut, maka vaksinasinya ditunda,” ujar dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog Dirga Sakti Rambe di Jakarta, Kamis (29/07/2021).
Menurutnya, screening sebelum melakukan vaksinasi Covid-19 bagi penderita diabetes sudah disederhanakan. Hal itu mengingat di beberapa daerah cukup sulit untuk sekadar melakukan cek gula darah.Jika sebelumnya patokan bagi penderita diabetes sebelum melakukan vaksinasi adalah tingkat gula darah, Dirga mengatakan saat ini vaksinasi dapat dilakukan jika tidak memiliki kondisi akut.
Dikatakan, diabetes tipe 1 maupun tipe 2, diperbolehkan melakukan vaksinasi Covid-19. “Diabetes ada tipe 1 dan tipe 2, keduanya boleh vaksinasi Covid-19. Tidak ada masalah,” paparnya.
Namun, Dirga menganjurkan kepada penderita diabetes untuk melakukan cek ke dokter sebelum melakukan vaksinasi. Karena kalangan tersebut memang harus rutin mengetahui bahwa kondisinya sudah terkontrol dengan baik.
Selain itu, mengenai efek samping atau yang disebut dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) setelah vaksinasi Covid-19 seperti demam, sakit kepala, hingga rasa pegal. Dia menjelaskan hal itu menandakan merupakan respons tubuh yang sedang membentuk antibodi.
“Itu sebetulnya adalah tanda bahwa vaksin bekerja. Artinya tubuh kita merespons sedang membentuk antibody,” tutur Dirga.
Manfaaat vaksinasi, lanjut Dirga, jauh lebih besar dari pada kemungkinan timbulnya efek tersebut. Selain itu, efektif mencegah timbulnya penyakit yang berat. “Sekurang-kurangnya vaksin masih efektif dalam mencegah penyakit yang berat. Termasuk kematian akibat Covid-19. Ini sangat penting selama masa pandemi,” pungkasnya. (rh/fin)