2 Kali Dilarang Angkut Pemudik, PO Bus di Ciamis Merugi Miliaran, Tak Ada Solusi dari Pemerintah

2 Kali Dilarang Angkut Pemudik, PO Bus di Ciamis Merugi Miliaran, Tak Ada Solusi dari Pemerintah

CIAMIS — Pemberlakuan larangan mudik pada lebaran tahun ini sudah benar-benar dilaksanakan oleh pemerintah. Penyekatan di perbatasan pun sudah dipersiapkan dengan matang untuk menghalau para pemudik.


Di tengah sibuknya aparat kepolisian dan pemerintah menyiapkan posko penyekatan untuk menghalau pemudik. Di sisi lain, para pengusaha angkutan umum harus kembali menelan pil pahit atau mengalami kerugian karena tidak bisa beroperasi pada momen panen atau mudik lebaran.

Manager Operasional Bus Gapuraning Rahayu (GR) M Fikri Fadhil mengatakan, tidak beroperasinya bus pada momen panen atau mudik lebaran sudah yang kedua kalinya karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19.

Tahun ini, kata dia, larangan mudik mulai diberlakukan pada 6-17 Mei 2021. Alhasil, armada bus tidak bisa beroperasi sama sekali.

“Yang menjadi pertanyaan, bagaimana solusi pemerintah untuk pengusaha angkutan yang terkena imbas dari kebijakan larangan mudik. Karena bagaimana pun perusahaan sudah rugi miliaran rupiah untuk operasional dan sebagainya,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (28/4/2021).

Baca juga : Maksa Mudik ke Ciamis, Tim Covid-19 Desa Akan Lakukan Swab & Isolasi

Lanjut dia, saat ini pengusaha angkutan atau bus memiliki cukup banyak karyawan, sopir dan kernet yang harus diberikan gaji setiap bulan. Sementara, saat panen atau mudik lebaran ada larangan. Sehingga sampai sekarang para pengusaha masih kebingungan dalam menyelesaikan persoalan ini.

“Harusnya kelau ada larangan mudik seperti ini pemerintah juga berikan silusi kepada kami, terutama kepada pengusahanya. Tahun kemarin juga tidak operasi juga selama tiga bulan, sekarang juga setop operasi tidak ada selusi apapun. Padahal kami para pengusaha selalu ikut aturan pemerintah,” keluhnya.

Saat ini, kata dia, beberapa armada masih beroperasi sampai 5 Mei. Walaupun banyak juga yang berhenti atau tidak beroperasi, karena minat pemudik menurun dan sudah mulai banyak penyekatan di jalan.

“Sekarang penumpang masih tetap ada. Ya paling 10-15 orang saja. Padahal biasanya kalau ramai bisa mencapai 50 orang,” kata dia, menjelaskan.

Kemudian, lanjut dia, pemerintah dan aparat kepolisian harus benar-benar lebih ketat dalam menerapkan larangan mudik ini. Karena, belajar dari tahun kemarin banyak pemudik yang menyewa angkutan berplat hitam untuk pulang kampung. Termasuk beroperasinya travel gelap. “Ya kami minta pemerintah tindak tegas travel gelap, apalagi memanfaatkan tidak beroperasinya bus yang resmi,” harapnya. (isr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: