Ibu di Palestina Memilih Menjemput Kematian di Jalur Gaza Daripada Menuruti Keinginan Israel untuk Mengungsi

Ibu di Palestina Memilih Menjemput Kematian di Jalur Gaza Daripada Menuruti Keinginan Israel untuk Mengungsi

Ilustrasi warga Palestina yang bertahan di Jalur Gaza setelah mendapat serangan bom Israel -Tangkapan Layar X-

"Netanyahu berharap dapat melindungi Israel dari tuduhan kejahatan perang. Namun perpindahan satu juta warga Palestina tidak hanya akan menimbulkan teror, dan kita semua sekarang tahu bahwa tidak ada tempat yang aman untuk mengungsi," jelasnya.

"Jika Netanyahu melanjutkan rencana 'evakuasi', sejarah dan peristiwa di lapangan memberi tahu kita bahwa setelah peringatan dan pemboman, kita akan melihat para pengungsi melarikan diri, seperti yang mereka lakukan pada tahun 1948," tambahnya.

"Satu-satunya jalan keluar yang mungkin adalah menuju Mesir yang tidak menginginkan pengungsi, karena akan terlibat dalam pembersihan etnis," tuturnya.

"Hal ini mungkin berubah jika krisis kemanusiaan di perbatasan meningkat dan jika warga Gaza berbondong-bondong ke Sinai, mereka mungkin tidak diizinkan kembali lagi oleh Israel," ujarnya.

Terakhir, Sarah Helm mengungkapkan bahwa penduduk Palestina tahu jika memilih mengungsi, mereka tidak akan pernah kembali lagi ke rumah mereka.

Jika Jalur Gaza dikuasai sepenuhnya oleh Israel, ketika penduduk Palestina ingin kembali setelah perang usai, mereka akan disebut penyusup atau teroris.

Situasi ini yang membuat banyak warga Gaza merasa bahwa peristiwa tahun 1948 kembali berulang dan membuat mereka memilih menjemput kematian di rumah mereka sendiri.

"Saya berbicara dengan teman-teman di Jalur Gaza, yang mengatakan bahwa mereka bertekad untuk mencegah pengungsian, dan mereka lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah dan mati," tuturnya.

Menurut perkiraan terakhir, serangan Hamas terhadap Israel mengakibatkan sedikitnya 1.300 orang tewas, dan hampir 3.500 orang terluka.

Di Jalur Gaza, setidaknya 1.900 warga Palestina, termasuk 614 anak-anak dan 370 wanita, tewas dalam serangan udara besar-besaran Israel selama seminggu terakhir, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: