Manusia Silver di Perempatan Jalan Padayungan Kota Tasik Kurang Pas Disebut Karya Seni
Reporter:
andriansyah|
Kamis 25-03-2021,10:00 WIB
TAWANG — Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya (DKKT) menegaskan aktivitas manusia silver di persimpangan jalan, kurang pas jika disebut kegiatan seni. Pasalnya, karya seni harus memiliki konsep yang jelas dan memiliki makna.
Ketua DKKT Bode Riswandi menjelaskan secara umum manusia silver memang salah satu bentuk seni. Mereka seolah menjadi patung di lokasi khusus untuk ajang foto. “Dalam seni rupa ada yang namanya body painting,” ungkapnya kepada Radar, Rabu (24/3/2021).
Dijelaskan Bode, seni merupakan produk akal yang memiliki konsep dan tujuan jelas. Bukan hanya manusia silver, seseorang bisa berpenampilan seperti pahlawan nasional atau yang lainnya sebagai objek hiburan. “Seni itu kan salah satunya untuk menghibur,” terangnya.
Aktivitas yang murni kesenian, biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu tanpa tujuan materi. Finansial dalam kesenian merupakan bonus apresiasi dari orang yang merasa terhibur. “Jadi kalau tujuan utamanya sudah ekonomi, berarti sudah bukan pelaku seni,” katanya.
Maka dari itu, Bode tidak setuju ketika manusia silver beraktivitas di persimpangan jalan atau lampu merah untuk mencari uang disebut pelaku seni. Karena faktor ekonomi yang mendasari mereka melakukan hal tersebut. “Mereka turun ke jalan kan karena mencari uang,” ujarnya.
Ketika warga memberikan uang kepada manusia silver karena terhibur, bisa saja itu karena menghargai seni. Beda lagi ceritanya ketika mereka diberi uang hanya karena kasihan, terpaksa atau bahkan terganggu. “Apa betul uang yang mereka dapat itu karena pengendara merasa terhibur?,” terangnya.
Seniman Jalanan Kota Tasikmalaya (Senjata), diakui Bode beberapa kali dilibatkan dalam kegiatan DKKT. Namun hal itu karena mereka ada potensi dalam hal bermusik. “Kami memang memberdayakan mereka, tapi bukan sebagai manusia silver,” ujarnya.
Terkait mereka yang menjadi sasaran operasi Satpol PP, pihaknya pun tidak bisa banyak berkomentar. Pasalnya, persoalan sosial dan ketertiban bukan lagi kapasitas DKKT.
“Ini tentu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menangani fenomena sosial tersebut,” katanya.
Sementara itu, aktivitas manusia silver sudah menjadi pemandangan sehari-hari masyarakat Kota Tasikmalaya, khususnya pengendara. Meski jadi sasaran Satpol PP, mereka mendeklarasikan diri sebagai pelaku seni.
Pantauan Radar, manusia silver kerap mangkal di sekitar lampu merah persimpangan jalan. Mereka mengais rezeki dari pengendara dan warga yang lewat.
Aktivitas mereka kerap menjadi sasaran penertiban Satpol PP selaku penegak Perda. Mereka dianggap mengganggu ketertiban umum serupa pengamen dan pengemis.
Salah seorang manusia silver, Opik Maulana (20) mengaku sudah setahun beraktivitas di jalan. Pria yang sebelumnya kerja serabutan kehilangan penghasilan pasca pandemi Covid-19. “Baru satu tahun,” ujar pria asal Paseh itu kepada Radar, Selasa (23/3/2021).
Lelah tidak bisa dipungkiri, namun desakan ekonomi harus tetap dipenuhi. Apalagi saat ini istrinya tengah hamil enam bulan, sehingga dia butuh biaya pemeriksaan sampai nanti persalinan. “Termasuk ya kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Muhammad Afrizal (29), dia mengaku baru tiga bulan menjadi manusia silver. Sebelumnya, dia pernah menjadi buruh serabutan di Pasar Cikurubuk namun penghasilannya kurang menentu.
“Saya belum lama, baru beberapa bulan,” ungkapnya.
Para manusia silver ini tergabung dalam komunitas bernama Seniman Jalanan Kota Tasikmalaya (Senjata). Salah satu pentolannya adalah Dadan Permana yang masih warga Paseh Kecamatan Cihideung.
Dadan menjelaskan bahwa dia dan rekan-rekannya bukan merupakan gelandangan atau pun pengemis. Mereka beraktivitas menawarkan seni, yakni dengam mengecat tubuh serupa patung. “Kami pelaku seni, semuanya ada 15 orang,” ujarnya.
Dalam aktivitasnya, mereka harus bermodal cat ditambah bahan racikan lainnya. Dalam sehari, bahan seharga Rp 150.000 cukup untuk mendandani tujuh orang manusia silver. (rga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: