Harga Bahan Pokok di Garut Mulai Naik

Harga Bahan Pokok di Garut Mulai Naik

TAROGONG KIDUL — Menjelang Ramadan, beberapa harga bahan pokok di Kabupaten Garut mulai mengalami kenaikan. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut, beberapa bahan pokok yang mengalami kenaikan yakni beras premium, daging ayam, minyak goreng kemasan, gula pasir, cabai dan bawang.

“Saat ini memang sudah terjadi kenaikan harga, tetapi tidak signifikan. Masih terbilang normal,” ujar Kepala Disperindag Garut Nia Gania Karyana kepada Rakyat Garut, Rabu (24/3/2021).

Menurut dia, kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok terjadi karena kurangnya pasokan barang ke pedagang di pasar. Selain itu, kenaikan harga pada komoditas cabai dan bawang akibat gagal panen karena cuaca ekstrem.

Meski saat ini terjadi kenaikan harga, tetapi pihaknya menjamin beberapa komoditas akan normal kembali harganya. “Kami juga sudah melakukan antisipasi dengan berkoordinasi dengan Bulog, TNI, Polri dan para distributor pangan di Garut untuk menjaga keamanan pasokan pangan di Garut,” katanya.

Gania menjamin, selama puasa tidak akan ada kenaikan harga pangan yang signifikan di Kabupaten Garut.

Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kabupaten Garut Erwin Rianto Nugraha memprediksi harga cabai di pasaran akan turun saat Ramadan hingga Lebaran karena adanya panen raya cabai di sentra tanaman cabai di Garut. “Sekarang kondisi cabai khususnya rawit atau inul ini tidak sebanding ketersediaan dengan permintaan, namun nanti bulan April ini akan ada panen raya, jadi bisa turun harganya,” katanya.

Ia menuturkan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan telah menginstruksikan langsung ke tingkat daerah untuk monitor langsung komoditas cabai agar terkendali pasokan dan harganya. Hasil penelusuran di lapangan, harga cabai rawit dari petani di kisaran Rp 80 ribu per kilogram, kemudian sampai di pedagang eceran Rp 100 ribuan, namun harga itu akan turun di kisaran Rp 45 sampai Rp 50 ribu per kilogram setelah adanya pasokan dari petani lokal.

Ia menyampaikan hasil koordinasi dengan Dinas Pertanian, panen raya pada April diperkirakan seluas 229 hektare, lalu di Mei kembali panen seluas 240 hektare tanaman cabai. “Bulan puasa di bulan April dan Lebaran di bulan Mei, jadi saya kira stok akan aman dan harga bisa turun karena stok banyak,” paparnya.

Ia mengungkapkan selama ini cabai yang dijual di pasaran sebagian besar dipasok dari luar Garut, sementara daerah pemasok lebih cenderung memenuhi kebutuhan pasar di Jakarta. Minimnya stok dari luar daerah menyebabkan harga naik, sementara pasokan dari petani lokal sedikit. (yna)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: