Ilmu Hukum
--
Oleh: Dahlan Iskan
EMPAT mahasiswa dibunuh. Jam 03.00 dini hari. Di rumah kontrakan mereka. Tiga cewek, satu cowok. Mereka tidur di dua kamar dari rumah 6 kamar. Yang sepasang memang lagi pacaran: tidur di satu ranjang.
Ini bukan pembunuhan ala Sambo: yang mudah diungkap tapi sulit diurai. Ini pembunuhan ala rubrik kriminal di majalah Intisari: sulit diungkap, sulit pula diurai.
Polisi sampai sibuk menenangkan masyarakat sekitar. Ini gara-gara pembunuhnya masih gentayangan. Belum bisa ditangkap. Masyarakat khawatir si pembunuh akan melakukan pembunuhan lanjutan. Bisa lebih banyak lagi yang dibunuh. Apalagi di musim pembunuhan yang kian deras di sana.
"Jangan khawatir. Meski pembunuhnya belum ditangkap, kelihatannya pembunuhan ini hanya menyasar 4 mahasiswa itu," ujar polisi setempat seperti dikutip banyak media di sana.
Berhari-hari berita pembunuhan ini viral. Di seluruh Amerika. Berminggu-minggu. Sebulan pun lewat. Tanpa tahu siapa pelakunya. Pun setelah 1,5 bulan.
Kasihan orang-orang yang sempat masuk radar polisi. Mereka sempat diincar. Misalnya mahasiswa yang dua bulan lalu pindah dari rumah kontrakan tersebut. Atau para pemilik mobil yang tertangkap kamera di dekat situ. Juga mantan pacar mereka. Lalu, lelaki bertudung kepala yang pernah satu kafe dengan salah satu dari korban. Pun teman-teman yang terlibat pembicaraan di medsos. Dan banyak lagi.
Satu per satu polisi membuat klarifikasi. Yakni setelah menginterogasi mereka. Si bekas penghuni tidak terlibat. Si pemilik mobil tidak ada kaitannya. Si mantan pacar tidak tahu apa-apa. Pun mantan pacar yang malam itu ditelepon oleh korban sampai lebih 7 kali. Semula mantan pacar itu yang jadi ''tertuduh'' utama. Ternyata mereka bukan tipe kenangan lama tumbuh kembali.
Rumah kontrakan maut itu di sebelah kampus U of I. Saya hafal singkatan itu. Juga terkesan. Saya sering lewat kota kecil ini: Moscow. Di pedalaman negara bagian Idaho yang berbukit. Kampus ini juga hanya 15 menit dari kampus terkenal di kota kecil lainnya: Pullman. Sama-sama kampus besar, sama-sama di perbukitan, sama-sama indah tapi beda negara bagian. Pullman masuk negara bagian Washington. Nama universitasnya: Washington State University. Dekat perbatasan dengan Idaho.
Tapi cerita ini hanya menyangkut mahasiswa U of I. Baru belakangan diketahui menyangkut juga kampus di Pullman itu.
Yang lagi pacaran tadi: Ethan Chapin dan Xana Kernodle. Sama-sama umur 20 tahun. Ethan dan Xana tewas di satu ranjang. Dada mereka penuh luka tusukan. Mereka dalam posisi terlelap. Pukul 02.00 mereka baru pulang ke rumah kontrakan. Mereka baru saja menghadiri pesta malam Minggu. Berarti belum satu jam mereka terlelap. Mereka lagi di puncak nyenyak.
Dari pesta itu mereka mampir dulu ke kafe. Memesan carbonara. Dari rekaman kamera terlihat ada laki-laki bertudung kepala mendekati mereka. Berbincang sebentar. Lalu hilang dari kamera.
Ethan, si cowok, mahasiswa jurusan manajemen rekreasi, olahraga, dan pariwisata. Sedang Xana mahasiswi jurusan marketing. Ethan asal Mount Vernon di negara bagian Washington, Xana dari Arizona. Ethan anggota kelompok persaudaraan Sigma Chi. Xana anggota persaudaraan Pi Beta Phi. Berarti keduanya mahasiswa pintar. Perkumpulan seperti itu biasanya memiliki persyaratan prestasi akademik.
Yang dua cewek lainnya tinggal di satu kamar lantai atas: Madison Mogen dan Kaylee Goncalves. Sama-sama 21 tahun. Keduanyi seperti besti. Sering posting bersama di medsos: akrab sekali. Seperti wani satu hati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: