INNALILAHI.. Selamat Jalan Kang Bekti

INNALILAHI.. Selamat Jalan Kang Bekti

Innalillahi wainnailahi rojiun. Kabar duka datang dari dunia akademisi. Ketua STAI Tasikmalaya Dr Bekti Bernardi Zaenudin MPd meninggal dunia pada Minggu (21/3/2021).


Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 7.30 di Rumah Sakit TMC. Kepergian mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Tasikmalaya itu meninggalkan duka dan kenangan bagi keluarga serta sahabat.

Lelaki yang akrab disapa Kang Bekti ini, diketahui sudah sepekan masuk rumah sakit, dia menderita penyakit dalam. Kondisinya yang kritis membuatnya semakin drop hingga wafat.

Kang Bekti merupakan pria kelahiran Tasikmalaya 30 Agustus 1967. Dia meninggalkan istrinya Popon Qomariah SPdi dan tujuh anak yakni Hakimah Marwah Insan, Ikrimah Rifqi Afifah, Ainani Nadia Silmi, Ainina Nadia Silmi (alm), Muhammad Najib Zaenuddin, Nafilah Aulia (alm) dan Difa Nakhwa Madina.

Jenazah kemudian dibawa ke rumah duka di Jalan Gandok Kelurahan/Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Hadir melawat dan mengikuti proses pemakaman Plt Wali Kota H Muhamad Yusuf, Sekda Kota Tasikmalaya Drs H Ivan Dicksan, Ketua PD Muhammadiyah Kota Tasikmalaya Drs H Syarif Hidayat sertapara aktivis KAHMI dan kolega-kolega almarhum.

Ketua Harian Yayasan Pendidikan Tasikmalaya yang membawahi STAI Tasikmalaya, H Heri Hendriana SH MH mengungkapkan rasa dukanya. Beberapa hari sebelum masuk rumah sakit, mereka sempat makan bersama. “Sempat ketemu, saat itu beliau sempat bilang tensi darahnya sedang tinggi,” ujarnya kepada Radar.

Dia melihat figur almarhum sebagai orang yang tertib dan disiplin. Sebagai orang yang mendalami filsafat, Kang Bekti juga dikenal memiliki pendirian kuat. “Sangat kuat memegang prinsip, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain,” ujarnya.

Ketua Korp Alumni HMI (KAHMI) Tasikmalaya, Dr Abdul Haris mengaku saat berada di rumah sakit, dia dan rekan-rekannya hendak menengok. Namun kondisi Kang Bekti sudah cukup berat sampai akhirnya masuk ruang ICU. ”Kami datang ke rumah sakit, tapi tidak bisa bertemu langsung,” katanya.

Di mata rekan-rekan KAHMI, Kang Bekti merupakan akademisi yang memiliki wawasan luas. Tidak sedikit almarhum menjadi partner diskusi dalam membahas berbagai hal. “Pengalaman dan pengetahuannya memang patut di acungi jempol,” ujarnya.

Karakter bijaksana pun melekat pada diri almarhum yang tidak pernah mengecilkan orang lain. Sehingga, bisa menjadi partner diskusi yang baik bagi siapa pun. “Jadi bisa masuk ke generasi mana pun, termasuk generasi yang jauh di bawahnya,” jelas Haris.

Sebelum wafat, Kang Bekti dalam proses menuntaskan pendidikan S3 di UPI Bandung. Sebelumnya, almarhum meraih gelar sarjana di STIT kemudian berlanjut gelar magister S2 di Universitas Siliwangi dan IAILM Suryalaya.

Di masa mudanya, Kang Bekti merupakan pernah menjabat sebagai Ketua HMI Tasikmalaya tahun 1990 silam. Setelah itu, dia juga menjabat sebagai formatur Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Tasikmalaya pada Musda tahun 1990. Pada tahun 1995, dia juga dipercaya menjadi presidium sidang Kongres HMI ke-20 tahun 1995 di Surabaya.

Meninggalnya Kang Bekti membuat media sosial dibanjiri ucapan duka untuk almarhum. Mereka juga mengungkapkan kenangan semasa almarhum masih hidup. Salah satunya dari sahabat dekat almarhum Marsidi Nadam. Dia pun mendoakan almarhum mendapatkan tempat yang baik di akhirat. Sebagai sahabat, dirinya merasakan kehilangan yang cukup dalam. “Kami menyayangimu, tapi Allah SWT lebih sayang padamu,” ujarnya.

Kebersamaan dengan almarhum, kata Marsidi, sudah dilalui cukup panjang hingga melahirkan berjuta kenangan. Khususnya ketika mereka berjuang saat aktif di organisasi HMI.

“Setiap persoalan sosial kemasyarakatan, sosial, politik, diskusi keilmuan, sampai masalah pribadi kami sering lakukan berdua,” katanya mengenang.

Dia pun menjelaskan seminggu sebelum wafat, Kang Bekti mengajaknya bertemu dan makan bersama di salah satu restoran di Kota Tasikmalaya.

Dia mengajak untuk bertemu Dr Aidul Fitri Ciyada (Mantan Ketua Komisi Yudisial). Tidak disangka beberapa hari setelahnya almarhum masuk rumah sakit.

Sampai sahabatnya itu meninggal, dia tidak belum bisa melawatnya ke rumah duka atau pun ke pemakaman. Pasalnya, saat ini dia sedang menjalani karantinan mandiri akibat terkena Covid-19.

”Aku hanya bisa melihat keluar kaca jendela rumahku, warna-warni bunga Kamboja dan bougonvil yang menghias di halaman rumahku, seakan menaburi pusarannya,” ucap Marsidi.(rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: