Siswa SD di Kota Tasik Tak Bisa Baca, PJJ Tak Cocok untuk Calistung

Siswa SD di Kota Tasik Tak Bisa Baca, PJJ Tak Cocok untuk Calistung

TASIK - Siswa kelas 1 di masa pandemi ini kebanyakan belum bisa membaca, menulis dan menghitung (Calistung). Hal ini terkendala sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pernyataan ini diamini beberapa guru Sekolah Dasar (SD) di Kota Tasikmalaya.


Guru Kelas 1 B SDN Kudanguyah Kecamatan Cipedes Tuti Sutiati SPd mengatakan, sejak diberlakukannya PJJ untuk kelas bawah, ternyata ditemukan kendala dalam proses belajar mengajar CalisA­tung. Menurutnya, susah untuk memantau siswa, paling mengandalkan laporan dari orang tua dan tugas siswa.

”Sekarang untuk melihat perkembangan Calistung siswa kelas 1 hanya menganalisa tulisannya jelas atau tidak dari hasil tugas yang dikumpulkan,” katanya kepada Radar, Rabu (17/3/2021).

Banyak orang tua mengeluhkan bahwa anak tersebut belum bisa baca karena susah belajar. Menurut dia, semua itu karena adanya keterbatasan komunikasi. Dengan itu bisa membuat daya motivasi siswa kelas 1 menurun untuk Calistung.

“Dampak sulitnya komunikasi ini, dari jumlah 28 siswa yang diajar, setengahnya belum bisa Calistung,” katanya.

Kemudian, dia pun mengakui selama pandemi Covid-19, ketika siswa diberikan tugas sering dikerjakan atau ditulis oleh orang tuanya. Oleh karena itu, dia berpesan kepada orang tua siswa agar anaknya bisa mandiri menulis, tidak mempermasalahkan jelek atau bagusnya tulisan.

“Ketika tidak bisa Calistung bagaimana mau belajar. Bisa-bisa waktu ulangan tidak bisa mengisinya,” ujarnya.


Tuti pun terus berusaha agar siswanya bisa Calistung di tengah pandemi Covid-19 dengan memberikan waktu konsultasi dan kunjungan luring.

“Saya mengetahui siswa yang belum bisa Calistung ketika orang tua dan siswanya datang mengumpulkan tugas sambil melakukan tes. Makanya saya membuka layanan konsultasi dari pukul 10.00-11.00,” katanya.

Dengan segala kendalanya ini, dia ingin segera mendapatkan solusi terbaik. Ia berharap bisa belajar normal seperti sebelum pandemi Covid-19, sebab dengan melakukan pembelajaran tatap muka, bisa langsung mengetahui siswa yang belum bisa Calistung.

“Ingin melaksanakan tatap muka kembali agar bisa berkomunikasi dengan anak. Agar bisa langsung membimbing mereka melakukan Calistung,” ujarnya.

Senada, Guru Kelas 1A SDN Sukarindik Maryati SPd menjelaskan selama pandemi Covid-19 proses belajar siswa kelas 1 dengan cara mengadakan bimbingan khusus membaca melalui metoda eja, suku kata, cerita bergambar.

“Bimbingan khususnya itu dilaksanakan dengan cara video call atau voice note secara daring,” katanya.

Dia pun melaksanakan pembelajaran luring dengan memperhatikan protokol kesehatan. Hal ini untuk memfasilitasi siswa yang tidak memiliki perangkat handphone dan orang tuanya terkendala sumber daya manusia.

“Hasilnya selama pandemi Covid-19 terdapat 17 siswa bisa membaca dan 9 siswa belum bisa membaca,” ujarnya. Maryati pun meminta agar pembelajaran tatap muka segera dilaksanakan.

“Berharap bisa tatap muka kembali sehingga bisa enjoy dalam melakukan pembelajaran dan meningkatkan imunitas,” katanya.

Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD Kecamatan Bungursari Yayan Kartiyan SPd MPd meminta kepala sekolah di lingkungan Kecamatan Bungursari untuk terus memberikan motivasi kepada guru kelas, khususnya di kelas 1 agar lebih intensif memberikan pengayaan kepada siswanya. Upaya tersebut untuk mendorong siswa kelas 1 agar bisa Calistung.

“Bisa dengan luring untuk mengoptimalkan penguasaan Calistung pada siswa dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan,” ujarnya.

Selain itu, berjalannya proses vaksinasi guru ini, menurut Yayan, membawa harapan atau jawaban agar bisa dibukanya kembali sekolah.

“Vaksinasi untuk guru sebagai lampu hijau dibukanya kembali sekolah. Misalnya ada petunjuk dari Dinas Pendidikan diperbolehkan tatap muka untuk kelas 1 terlebih dahulu, kita mempersiapkannya,” katanya. (riz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: