BMKG Minta Daerah Buat Peta Evakuasi Wilayah Rawan Tsunami
Reporter:
radi|
Rabu 17-03-2021,16:47 WIB
JAKARTA — Demi meminimalisir korban jiwa akibat tsunami, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tsunami dinilai penting memiliki punya peta evakuasi.
Oleh karena itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta agar peta evakuasi harus segera dibuat di daerah-daerah rawan tsunami. Hal Ini sekaligus sebagai upaya mitigasi jika bencana alam tersebut sewaktu-waktu terjadi.
“Peta desa sudah mulai harus disusun oleh masyarakat sendiri, karena yang evakuasi adalah warga setempat jadi mudah dipahami,” kata, Selasa (16/03/21).
Peta di level desa menjadi peta operasional. Sedangkan peta yang disiapkan BMKG sebagai peta rencana bisa menjadi referensi masyarakat.
“Peta yang dibuat pemerintah daerah juga harus dicocokkan dengan peta desa, dicek apakah peta sudah ada jalur evakuasinya,” ujarnya.
Selain menyiapkan peta dan jalur evakuasi, perlu juga dibuat rencana kontijensi dan memperkuat tim siaga bencana dengan sering berlatih dan simulasi. Dan tentunya juga melengkapi sarana dan prasarana evakuasi.
Dia menilai, latihan evakuasi mandiri harus sering dilakukan agar masyarakat terlatih menyelamatkan diri. Sementara pemerintah menyiapkan sarana dan prasarananya.
Ditambahkan Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, masyarakat di daerah rawan tsunami perlu membudayakan evakuasi mandiri.
“Guncangan gempa kuat sebagai tanda masyarakat di sekitar pantai harus segera evakuasi mandiri, tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami,” katanya.
Bagi masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir yang rawan tsunami, peringatan dini penting, namun evakuasi mandiri lebih penting.
“Warga bisa selamat jika melakukan evakuasi mandiri dimana waktu yang tersedia lebih banyak,” katanya.
Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan pun mengatakan hal serupa. Dikatakannya, sebelum bencana terjadi ada upaya-upaya yang bisa dilakukan, yaitu kesiapsiagaan dan mitigasi dengan memahami risiko sekitar.
“Latihan-latihan, simulasi dan sosialisasi harus terus dilakukan, sehingga masyarakat sudah memahami jika terjadi tsunami apa yang harus dilakukan, termasuk menyiapkan rencana evakuasi di level desa dan kelurahan yang rawan tsunami,” katanya.(gw/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: