Seniman Magelang Ini Bikin Wayang Berbahan Baja Ringan

Seniman Magelang Ini Bikin  Wayang Berbahan Baja Ringan

MAGELANG — Jika selama ini wayang yang digunakan para dalang menggunakan material utama kulit. Kini seiring perkembangan zaman bahan dasar wayang pun mulai ada pembaharuan sejalan dengan kreasi para pengrajinnya, salah satunya dengan memanfaatkan baja ringan. 


Sujono Keron, seniman asal Magelang, membuat wayang dengan material baja lapis zinc-aluminium atau nexalume. Karyanya itu pun pertama kali ditampilkan oleh dalang Ki Sih Agung Prasetya di Studio Mendut, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Minggu (14/3) lalu. 

Sujono mengaku ide awal membuat wayang dari nexalume itu setelah mendapat tawaran membuat seni instalasi luar ruangan dari rekannya sesama seniman. Kala itu dia diminta membuat wayang yang kuat terhadap cuaca dan juga tahan karat guna menghiasi objek wisata edukasi di wilayahnya. 

“Dari sanalah ide muncul untuk membuat tokoh pewayangan dari bahan nexalume agar tahan lama. Material itu tidak keropos meski diterjang panas ataupun hujan sepanjang hari,” ujar Sujono beberapa hari lalu. 

Dari tawaran itu, Sujono pun membuat 100 tokoh wayang dan 1 gunungan dari kisah Mahabharata bermaterialkan Nexalume. Selama ini Nexalume hanya digunakan untuk material bangunan seperti atap, talang, kuda kuda baja ringan, cladding/penutup dinding tersebut. 

Sementara Sujono mengolah baja ringan itu untuk karya seni bagi wisatawan di sekitar Magelang. Bahkan kreasi keterampilannya itu diajarkan pula kepada generasi muda di desanya. Umumnya diolah menjadi aneka ragam kerajinan. 

Dia berharap cara itu dapat membantu meningkatkan perekonomian generasi di tengah pandemi. “Dalam kondisi seperti sekarang ini semua dituntut untuk berinovasi. Tujuannya jelas untuk meningkatkan ekonomi. Nah selama ini saya juga mendidik generasi muda di sekitar kampung saya untuk membuat kerajinan dari baja ringan,” imbuhnya. 

Di pihak lain, Vice Presiden Tatalogam Group Stephanus Koeswandi mengapresasi kreativitas Sujono. Koeswandi mengatakan, pihaknya selama ini memiliki kepedulian terhadap lingkungan, termasuk hal yang berhubungan dengan kesenian dan kebudayaan.  

“Saat pandemi ini banyak pekerja seni yang terhambat kegiatannya karena beragam pembatasan. Kami berusaha memberikan ruang kegiatan kesenian agar terus dapat berjalan dan berkembang,” tutur Stephanus Koeswandi. (jpg/red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: