Seniman Magelang Ini Bikin Wayang Berbahan Baja Ringan
Reporter:
radi|
Rabu 17-03-2021,15:39 WIB
MAGELANG — Jika selama ini wayang yang digunakan para dalang menggunakan
material utama kulit. Kini seiring perkembangan zaman bahan dasar wayang pun mulai
ada pembaharuan sejalan dengan kreasi para pengrajinnya, salah satunya dengan
memanfaatkan baja ringan.
Sujono Keron, seniman asal Magelang, membuat wayang dengan
material baja lapis zinc-aluminium atau nexalume. Karyanya itu pun pertama kali
ditampilkan oleh dalang Ki Sih Agung Prasetya di Studio Mendut, Desa Mendut,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Minggu (14/3) lalu.
Sujono mengaku ide awal membuat wayang dari nexalume itu
setelah mendapat tawaran membuat seni instalasi luar ruangan dari rekannya
sesama seniman. Kala itu dia diminta membuat wayang yang kuat terhadap cuaca
dan juga tahan karat guna menghiasi objek wisata edukasi di wilayahnya.
“Dari sanalah ide muncul untuk membuat tokoh pewayangan dari
bahan nexalume agar tahan lama. Material itu tidak keropos meski diterjang
panas ataupun hujan sepanjang hari,” ujar Sujono beberapa hari lalu.
Dari
tawaran itu, Sujono pun membuat 100 tokoh wayang dan 1 gunungan dari kisah
Mahabharata bermaterialkan Nexalume. Selama ini Nexalume hanya digunakan untuk material bangunan
seperti atap, talang, kuda kuda baja ringan, cladding/penutup dinding tersebut.
Sementara Sujono mengolah baja ringan itu untuk karya seni bagi wisatawan di
sekitar Magelang. Bahkan kreasi keterampilannya itu diajarkan pula kepada
generasi muda di desanya. Umumnya diolah menjadi aneka ragam kerajinan.
Dia
berharap cara itu dapat membantu meningkatkan perekonomian generasi di tengah
pandemi. “Dalam kondisi seperti
sekarang ini semua dituntut untuk berinovasi. Tujuannya jelas untuk
meningkatkan ekonomi. Nah selama ini saya juga mendidik generasi muda di
sekitar kampung saya untuk membuat kerajinan dari baja ringan,” imbuhnya.
Di pihak lain, Vice Presiden Tatalogam Group Stephanus
Koeswandi mengapresasi kreativitas Sujono. Koeswandi mengatakan, pihaknya
selama ini memiliki kepedulian terhadap lingkungan, termasuk hal yang
berhubungan dengan kesenian dan kebudayaan.
“Saat pandemi ini banyak pekerja seni yang terhambat
kegiatannya karena beragam pembatasan. Kami berusaha memberikan ruang kegiatan
kesenian agar terus dapat berjalan dan berkembang,” tutur Stephanus Koeswandi.
(jpg/red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: