Pangandaran Krisis Terumbu Karang

Pangandaran Krisis Terumbu Karang

Radartasik, PANGANDARAN – Kabupaten Pangandaran yang memiliki panjang pantai hingga 91 kilometer tengah mengalami krisis terumbu karang. Maka dari itu, masyarakat dan wisatawan diingatkan untuk bersama-sama menjaga kelestarian hewan yang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel itu.

Staf Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pangandaran Hadiat Kelsaba menerangkan penyebab krisis terumbu karang tersebut disebabkan banyak faktor.

”Di antaranya abrasi, perilaku manusia dan juga bencana alam,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (6/7/2022).

Dia mengatakan terumbu karang yang tersisa saat ini berada di kawasan Cagar Alam dan juga kawasan Pantai Batukaras.

”Ada 470 hektare tapi dengan melihat kondisi sekarang ini,  tersisa hanya 20 persen sampai 40 persen dari luas terumbu karang yang ada. Sementara di Pangelek Pantai Batukaras belum terinventarisasi,” tuturnya.

Terumbu karang itu tempat tinggalnya biota laut seperti ikan. Maka, kata Hadiat, jika terumbu karang hilang, biota laut seperti ikan juga terancam.

Dia mengatakan, abrasi laut yang semakin mengikis pesisir pantai membuat nelayan tidak bisa menepikan perahunya.

”Akibatnya, jangkar perahu mengancam keberlangsungan terumbu karang,” tuturnya.

Ditambah lagi, maraknya pengambilan karang untuk hiasan aquarium dan memanfaatkan terumbu karang hidup menjadi souvenir menjadi penyebab lainya.

”Seperti salah satunya di Pantai Pasir Putih Cagar Alam Pangandaran, yang terdapat banyak terumbu karang. Kadang-kadang mereka jahil, mengambilnya untuk kenang-kenangan,” ujarnya.

Kepala BKSDA Kabupaten Pangandaran Uking Iskandar mengatakan, perawatan terumbu karang di Pantai Pangandaran belum maksimal, maka ekosistem biota laut sangat terancam.

”Ikan yang sering ditangkap nelayan seperti, layur, dadawa, bagad, dan ikan karang, bertelurnya ya di terumbu karang,” katanya.

Apabila rumah biota laut terus terkikis, maka mereka akan kesulitan berkembang biak dan bertelur.

”Rumahnya terancam, maka jangan harapkan ada ikan. Yang biasanya bertelur jadi tidak bertelur,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: