DBL Indonesia: Baru Lagi setelah 18 Tahun
Tahun 2021 adalah tahun eksperimen kami. Menyelenggarakan kompetisi di 22 kota praktis tanpa penonton (kecuali hanya di beberapa pertandingan di beberapa kota). Tapi memaksimalkan pengalaman kami menayangkan live streaming secara internal.
Tidak banyak yang sadar, kalau pada 2010 kami adalah pengelola liga pertama yang mengedepankan live streaming. Yaitu waktu kami diminta menyelamatkan liga basket profesional, yang waktu itu sempat "mati." Tapi waktu itu, kami mendahului waktu. Orang belum sadar dan siap kalau live streaming adalah masa depan olahraga.
Tahun ini, kami kembali mengirimkan All Star ke Amerika. Pertengahan Juli ini akhirnya kami memberangkatkan lagi tim putra dan putri ke California. Untuk berlatih serta bertanding di kompetisi untuk anak muda di sana.
Tahun ini, mulai Agustus, kami Insya Allah akan kembali menggulirkan DBL secara lebih meluas. Kembali ke 30 kota di Indonesia.
Hanya saja, pandemi memberi kami waktu untuk mengevaluasi strategi pengembangan kami sebelumnya. Memberi kami kesempatan untuk menekan tombol reset, memetakan ulang rencana pengembangan.
Salah satu kalimat bijak yang paling saya sukai bunyinya begini: Tuhan, berilah saya ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang saya bisa, dan kebijaksanaan untuk mengetahui mana yang bisa diubah dan mana yang tidak.
Teman-teman di DBL Indonesia, yang manajemen teratasnya sudah bekerja bersama saya sejak mereka masih berusia belasan tahun, benar-benar berpikir keras untuk memposisikan liga ini lebih baik ke depan.
Jadi, di beberapa provinsi, kompetisinya kami padatkan. Di yang lain, seperti di Jawa Timur, kami putuskan untuk ekspansi.
Misalnya, bila selama ini di Jatim hanya di Surabaya (wilayah North) dan Malang (South), sekarang dibagi empat mata angin. Ada tambahan Madiun (West) dan Jember (East).
Kalau tahun ini lancar, maka tahun depan sudah siap untuk melanjutkan lagi impian mengembangkan ke seluruh wilayah Indonesia.
Pandemi memang memberi tantangan besar. Tapi pandemi juga bisa memberi peluang besar. Memaksa kami untuk mundur selangkah demi maju dua langkah!
Bukan sekadar kembali menyiapkan liga DBL, dalam acara syukuran sederhana bersama karyawan 4 Juli lalu, kami juga menyinggung tentang rencana pengembangan ke depan.
Syukur alhamdulillah, ada banyak pihak yang ingin berkolaborasi dengan DBL. Dari berbagai cabang olahraga. Beberapa di antaranya bahkan sudah dalam tahap pembicaraan finalisasi, dan bisa segera dieksekusi tahun ini juga.
Jadi, dalam beberapa pekan ke depan, jangan kaget kalau membaca berita DBL Indonesia meluncurkan sesuatu yang baru. Bagi banyak pihak itu mungkin baru. Tapi bagi tim perintis kami, yang akan kami lakukan itu sebenarnya justru impian pertama sebelum memilih menyelenggarakan basket pada 2004. Itu passion orisinal saya, sesuatu yang saya jalani waktu SMA di Amerika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: happywednesday.id