China Diam Diam Bangun Pangkalan Angkatan Laut di Kamboja
Radartasik, Washington Post melaporkan China berusaha keras untuk menyembunyikan operasi pangkalan angkatan laut militernya di Kamboja.
Fasilitas tersebut terdapat di Pangkalan Angkatan Laut Ream Kamboja di Teluk Thailand dan menjadi pangkalan militer kedua China setelah di Djibouti di Afrika Timur pada tahun 2017.
Pangkalan tersebut dilaporkan terletak di sebelah barat Laut Cina Selatan, di mana Beijing memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih dengan beberapa negara. Fasilitas ini mampu menampung kapal angkatan laut besar.
Beijing melihat “Indo-Pasifik sebagai wilayah pengaruh yang sah dan bersejarah bagi China,” kata seorang pejabat Eropa: “Mereka memandang kebangkitan China di sana sebagai bagian dari tren global menuju dunia multipolar di mana kekuatan-kekuatan besar dengan lebih kuat menegaskan kepentingan mereka dalam lingkup pengaruh yang mereka rasakan.”
“Pada dasarnya, China ingin menjadi begitu kuat sehingga kawasan itu akan menyerah pada kepemimpinan China daripada menghadapi konsekuensinya,” lanjut sumber itu dikutip dari Russian Today.
The Post menulis bahwa upacara peletakan batu pertama di Pangkalan Angkatan Laut Ream akan berlangsung pada hari Kamis (09/06/2022), sumber tersebut mengklaim Beijing akan mengkonfirmasi keterlibatannya dalam perluasan fasilitas angkatan laut Kamboja selama acara tersebut, tetapi menuembunyikan rencana fasilitas itu akan digunakan oleh militer Cina.
Kesepakatan untuk membangun struktur baru di pangkalan itu diselesaikan pada tahun 2020, militer China akan memiliki "penggunaan eksklusif bagian utara pangkalan, sementara kehadiran mereka akan tetap disembunyikan," kata seorang pejabat kepada surat kabar itu.
Untuk menjaga kerahasiaan, delegasi asing yang mengunjungi Pangkalan Angkatan Laut Ream hanya diizinkan mengakses lokasi tertentu di dalam kompleks, sementara pasukan China di sana mengenakan seragam Kamboja atau pakaian sipil untuk menghindari kecurigaan tutur sumber tersebut.
“Apa yang telah kami lihat dari waktu ke waktu adalah pola yang sangat jelas dan konsisten dari upaya untuk mengaburkan dan menyembunyikan tujuan akhir serta tingkat keterlibatan militer China,” ujar pejabat itu.
“Kuncinya di sini adalah penggunaan fasilitas eksklusif Tentara Pembebasan Rakyat China yang memiliki pangkalan militer di negara lain,” ungkapnya.
Beijing dan Phnom Penh telah berusaha untuk merahasiakan proyek itu karena kekhawatiran tentang reaksi balik di Kamboja karena konstitusi negara Asia Tenggara itu melarang adanya pangkalan militer negara lain.
Sebagai ketua ASEAN tahun ini, Phnom Penh juga tidak ingin dipandang sebagai “pion” Cina.
BACA JUGA:China Kecam Pembicaraan Dagang AS Dengan Taiwan
Ketika didekati oleh Washington Post, kedutaan Kamboja di AS menolak klaim oleh pejabat yang tidak disebutkan namanya, dan menyebut hal itu sebgai tuduhan tak berdasar yang dimotivasi untuk membingkai citra Kamboja secara negatife.
Sementara itu, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese menggambarkan laporan Washington Post sangat mengkhawatirkan.
Canberra dan Phnom Penh berhubungan secara teratur dan secara konsisten diyakinkan bahwa tidak ada militer asing yang akan diberikan akses eksklusif di Ream,” kata Albanese kepada wartawan saat berkunjung ke Indonesia.
Menurut Albanese, Australia telah "menyadari" aktivitas saingan Pasifiknya di Pangkalan Angkatan Laut Ream: “Kami mendorong Beijing untuk transparan tentang niatnya dan untuk memastikan bahwa aktivitasnya mendukung keamanan dan stabilitas regional.”
Pada akhir Mei, media Barat membocorkan rancangan dokumen yang menunjukkan bahwa Beijing berencana untuk menawarkan kesepakatan kerjasama ekonomi dan keamanan ke 10 negara pulau kecil di Pasifik.
Perjanjian tersebut dilaporkan sangat mirip dengan yang ditandatangani oleh China dan Kepulauan Solomon pada bulan April.
Kesepakatan itu telah membuat marah AS dan Australia, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink memperingatkan bahwa Washington yang memiliki ratusan pangkalan di seluruh dunia sangat khawatir dan secara alami akan menanggapi kekhawatiran itu jika China mendirikan pangkalan militer di Kepulauan Solomon .
Beijing menolak kritik Amerika dan Australia, mengatakan hal itu mendistorsi “fakta dan memfitnah kerja sama reguler China dengan negara-negara Oseania.”
Kesepakatan dengan Kepulauan Solomon akan memiliki efek positif pada perkembangan damai di kawasan itu, kata Zhao Lijian juru bicara Kementerian Luar Negeri China da memberikan jaminan “kami tidak bermaksud membangun pangkalan militer di sana.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: russian today