Kasus Stunting di Kabupaten Tasik Tembus 7.731

Kasus Stunting di Kabupaten Tasik Tembus 7.731

radartasik.comAngka kasus stunting di Kabupaten Tasikmalaya masih tinggi berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2018, angka stunting melebihi angka rata-rata nasional 27,7 persen, yakni 33,8 persen.


Bahkan menurut data Bulan Penimbangan Balita (BPP) pada tahun 2020, angka riil balita stunting di Kabupaten Tasikmalaya dari 5.373 orang pada tahun 2019, naik menjadi 7.731 pada tahun 2020.

Stunting sendiri adalah kondisi serius pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata atau anak sangat pendek. Kemudian tubuhnya tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dan berlangsung dalam waktu lama.

Dari data stunting di Kabupaten Tasikmalaya tersebut, ada lima desa dengan angka tertinggi. Salah satunya adalah Desa Sukamulya, Kecamatan Singaparna sebesar 47,8 persen.

Kepala Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Anzil Hidayat mengatakan, wilayahnya saat ini masih menjadi lokus penanganan stunting, karena angka kasus nya masih tinggi.

“Desa Sukamulya sendiri kedatangan tim gerakan melawan stunting dari Ketua DPR RI Puan Maharani yang mendatangkan tim HaloPuan untuk ikut mencegah dan menyampaikan kepada masyarakat,” kata dia.

“Jadi mari kita bersama, bergerak bersama warga. Kami mengapresiasi tim relawan HaloPuan yang datang untuk ikut mencegah stunting. Sungguh luar biasa, perjuangan yang sangat hebat dan harus terus digelorakan,” kata Anzil kepada Radar, kemarin.

Koordinator HaloPuan, Poppy Astari mengatakan, masih tingginya angka stunting di Kabupaten Tasikmalaya, bahkan di Jawa Barat mendorong HaloPuan turun gunung dan menggerakan perempuan untuk melawan stunting di tingkat akar rumput.

“Tim turun ke Kabupaten Tasikmalaya dan memusatkan gerakan melawan stunting di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna. Salah satunya adalah mengedukasi kaum perempuan tentang sebab dan dampak serta bagaimana melawan stunting dengan memanfaatkan potensi yang ada,” ujar dia.

Dia menyebutkan, sebanyak 250 orang dari kalangan ibu hamil, ibu menyusui dengan balita stunting, pasangan usia subur, calon pengantin dan kader-kader posyandu, hadir dalam acara gerakan ini.

“Dengan menghadirkan narasumber ahli gizi dari Dinas Kesehatan setempat dan ikut mengedukasi dalam menurunkan angka stunting. Maka harus disertai adanya kesadaran warga, terutama pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak-anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan,” pungkas. (dik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: