Jro Paksi Memuji dan Mengingatkan Pawang Hujan Mbak Rara

Jro Paksi Memuji dan Mengingatkan Pawang Hujan Mbak Rara

radartasik.com, DENPASAR — Event MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika sudah berakhir pada Minggu (20/3/2022). Ajang balapan paling akbar sejagat itu berjalan sukses.

Meski tertunda sampai 75 menit karena hujan lebat dan petir, balapan tetap berjalan lancar dengan Miguel Oliveira keluar sebagai juara.

Sementara podium kedua hingga ketiga ditempati Fabio Quartararo dan Johann Zarco.

Di balik suksesnya ajang MotoGP yang ditonton 400 juta pasang mata di seluruh dunia itu, ada sosok yang menyita perhatian penonton ajang balap paling bergengsi itu.

Dialah Raden Rara Istiati Wulandari atau yang akrab dengan sapaan Mbak Rara. Pawang hujan dari Bali berdarah Jawa kelahiran Papua ini menjadi bahan pembicaraan setelah aksinya memindahkan hujan di atas langit Sirkuit Mandalika.

Sebagian pihak memuji aksi Mbak Rara, sebagai bentuk totalitasnya dalam mengupayakan agar hujan tidak terus mengguyur arena sirkuit. Namun, banyak pula yang mencibir.

Tidak terkecuali ”orang sakti” di Bali, Jro Paksi Penyumbu Ring Perepan Sari, Pedungan, Denpasar Selatan, yang mempertanyakan aksi Mbak Rara menunjukkan ”kelebihannya” memindahkan hujan di depan banyak orang. Berikut tiga peringatan Jro Paksi untuk Mbak Rara.

1. Kode Etik Pawang Hujan

Menurut Jro Paksi, kode etik yang wajib dipegang pawang hujan sejatinya lebih utama untuk membantu kegiatan keagamaan atau manusia yadnya.

”Semua yang berpacu di Mandalika adalah kuda besi, logikanya tak perlu ada pawang hujan, mereka sudah tahu ban motor apa yang harus dipakai saat hujan atau panas,” tutur Jro Paksi.

 2. Tidak Boleh Terima Bayaran

Pawang hujan juga tidak boleh menerima suatu pekerjaan karena mengejar bayaran semata. Ada tugas mulia lainnya yang harus dijunjung tinggi oleh seorang pawang hujan.

3. Bukan Ajang Pamer Kesaktian

Menurut Jro Paksi, keahlian mengendalikan hujan dan panas bukan untuk dipamerkan ke orang lain.

”Maaf saya tidak tahu saya sakti atau tidak, tetapi teknologi kekinian jauh jadi faktor utama dalam sebuah kegiatan atau tujuan,” papar Jro Paksi.

Aksi pamer ini juga untuk menghindari jika gagal dalam menjalankan tugasnya, semisal hujan masih turun.

”Apa pun ritualnya, itu usaha seorang pawang mengendalikan hujan, tetapi harga diri jadi turun kalau hujan tetap turun,” bebernya.

Jro Paksi lantas menyarankan agar ajang berkelas semacam MotoGP tidak perlu menggunakan jasa pawang hujan.

”Sebuah ajang dunia yang ditonton jutaan mata penggemar, MotoGP tetap melaju walau saat hujan atau panas,” jelas Jro Paksi Penyumbu. (gie/JPNN)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: