Rusia Perang dengan Ukraina, Sri Mulyani Siapkan APBN Menjadi Bantalan Sosial
Reporter:
usep saeffulloh|
Rabu 23-03-2022,08:00 WIB
Radartasik.com, Perang Rusia dengan Ukraina membawa efek terhadap perekonomian global. Salah satunya berefek kepada sejumlah komoditas di pasar global yang mengalami kenaikan secara signifikan, mulai dari batubara hingga minyak kelapa sawit (CPO).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui, perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membuat negara di dunia menjadi pusing. Bukan hanya memperparah
krisis ekonomi, perang juga meningkatkan ketegangan politik dunia.
“Pada saat dunia mulai bangkit memulihkan perekonomian bulan lalu, terjadi perang. Perang yang yang membuat pusing semua negara. Ini akan memperdalam krisis perekonomian dunia dan meningkatkan ketegangan politik dunia,” kata
Presiden Jokowi dalam sambutan
CNBC Indonesia Economic Outlook 2022 di Jakarta secara virtual, Selasa (22/3/2022).
Presiden Jokowi menyebut, imbas dari perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia
membuat sejumlah harga kebutuhan pokok meningkat. Bahkan kini memperpaarah inflasi.
Oleh karena itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini berujar, masalah-masalah tersebut menjadi tantangan bagi banyak negara termasuk Indonesia. Sehingga, tantangan ini harus disikapi dengan sangat hati-hati dan dibutuhkan kerja sama, kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha.
“Yang jelas masyarakat tidak boleh menjadi korban dari ketidakpastian global ini, investasi yang menciptakan lapangan kerja harus terus kita tingkatkan dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan harus terus diupayakan,” ujar
Presiden Jokowi menandaskan.
Menteri Keuangan (Menkeu)
Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan diagnosis apabila eskalasi perang terus meningkat. Kata dia,
APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) disiapkan untuk menjadi
bantalan sosial.
“Jadi
APBN akan tetap hadir, apakah dalam bentuk
bantalan sosial yang ditambah dari subsidi komoditas, maupun dari sisi intervensi ke produksi seperti batubara ada DMO, sama seperti CPO,” ujarnya dalam webinar Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022).
Dampak yang diberikan dengan adanya konflik tersebut adalah inflasi ekstrim. Sebab, kenaikan sejumlah komoditas itu dapat mempengaruhi purchasing production index yang akan terjadi di semua negara.
“Kita sekarang sudah mulai menghitung berapa lama komoditas mulai naik, dampak ke
APBN seperti apa, dampak ke ekonomi melalui jalur apa, dampak ke keuangan, kalau kita masih defisit apakah
financing kita aman atau tidak, di sisi lain
interest rate naik,” imbuh Ani, panggilan akrabnya.
“Jadi ini multiform, tidak hanya pandemi, tapi juga dari sisi ketegangan yang menyebabkan spillover,” sambung dia.
Dengan menganalisa ketidakpastian global ini, menurutnya Indonesia dapat melewati tantangan ini dengan baik.
“Kita membuat berbagai skenario dan tidak diam saja. Karena kalau ekonomi Rusia dan Ukraina itu pasti akan mempengaruhi ke komoditas lain,” ujarnya. (jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: