BRI Bakal Salurkan 60 Persen Alokasi KUR untuk Sektor Produktif
Reporter:
radi|
Selasa 22-03-2022,16:45 WIB
Radartasik.com, JAKARTA — Bank Rakyat Indonesi (BRI) semakin mempertegas komitmennya dalam upaya memberdayakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dan, sejalan dengan upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), BRI sebagai bank yang mendapat alokasi KUR terbesar dari pemerintah tersebut akan fokus membidik penyaluran di sektor produktif yang digarap UMKM.
Selain itu penyaluran
KUR yang banyak ditujukan kepada sektor mikro atau UMKM ini juga sebagai wujud nyata BRI untuk meningkatkan inklusi keuangan, yang menjadi salah satu isu prioritas dalam presidensi G20 2022 di Bali.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan dari alokasi dana
KUR sebesar Rp260 triliun atau setara 70 persen dari total dana
KUR yang mencapai Rp373,17 triliun,sebanyak 60 persennya bakal dikucurkan di sektor produktif.
Dan, BRI sebagai bank dengan portofolio UMKM terbesar di Indonesia optimististis dapat mencapai target penyaluran
KUR 2022 hingga akhir tahun mendatang. Terlebih lagi bila melihat ke belakang, penyaluran
KUR untuk sektor produktif di BRI telah menembus 59% pada tahun 2022.
“Maka kami akan dorong menjadi 60% pada 2022 ini. Mudah-mudahan kami semakin concern dengan sektor produktif sehingga bisnis nasabah dipastikan dapat tumbuh dengan sustainable,” ujar Supari.
Supari pun mengungkapkan saat ini perseroan telah menggodok strategi untuk mengoptimalisasi kucuran di beberfapa sektor unggulan dan memiliki multiplier effect kuat dari aktivitas usahanya.
Pertama, pelaku usaha sektor perdagangan dengan value chain yang panjang. Kedua, membidik sektor bisnis yang tahan banting terhadap pandemi Covid-19, seperti sektor pangan. Ketiga, melirik sektor manufaktur karena dianggap terus mengalami perbaikan.
“Tidak ketinggalan, sektor produksi juga dibidik BRI untuk menggenjot penyaluran
KUR,” bebernya.
Di sisi lain upaya Optimalisasi penyaluran
KUR juga terus dilakukan BRI dari aspek pemerataan. Menurut data BRI, terjadi kenaikan rata-rata rumah tangga penerima
KUR. Pada 2019, rata-rata penerima
KUR adalah 6 penerima dari 100 rumah tangga. Angka itu meningkat menjadi 8 penerima
KUR dari 100 rumah tangga pada 2020.
“Pada 2021 menjadi 11 dan tahun 2020 ini kami upayakan dari 100 rumah tangga 13 akan menerima
KUR. Mudah-mudahan dengan jangkauan seperti ini apa yang diharapkan pemerintah untuk membangun pelaku usaha mikro dan ultra mikro yang semakin tangguh dan kuat akan terjadi sehingga nanti mereka akan naik kelas,” papar Supari.
Jangkauan BRI yang luas dalam penyaluran
KUR ini dipercaya mendorong pencapaian target rasio kredit nasional 30% dan tingkat inklusi keuangan 90% pada 2024 yang ditetapkan pemerintah. Di samping itu, Supari mengapresiasi langkah Pemerintah yang memperpanjang subsidi bunga pinjaman
KUR 3% hingga Desember 2022.
Stimulus itu akan mendukung upaya pemulihan UMKM yang kondisinya belum pulih 100%. Temuan itu dimuat dalam hasil riset Indeks Bisnis UMKM yang dilakukan BRI. Dalam riset yang sama, omzet penjualan diperkirakan baru mencapai 50% dari kondisi normal sebelum pandemi Covid-19 melanda. Oleh karena itu pelaku UMKM memerlukan kemudahan untuk bisa mengakses pembiayaan.
“Dengan suku bunga yang terjangkau. Konkretnya
KUR dapat digunakan untuk mengganti modal kerja yang selama masa pandemi digunakan untuk keperluan hidup,” kata Supari.
Selain itu, kebijakan subsidi
KUR juga menopang pelaku usaha mikro dan ultra mikro yang baru merintis. Pasalnya, kucuran modal dari perbankan dapat menjadi suntikan bagi karyawan yang ingin beralih menjadi pelaku usaha.
Sejalan dengan pemulihan UMKM, Supari menyebut kondisi itu turut mendorong pertumbuhan bisnis kredit mikro BRI. Pada tahun lalu, segmen tersebut mampu tumbuh kuat sebesar 13% year on year (yoy).
Maka dari itu, porsi kredit mikro pun diproyeksikan akan semakin mendominasi di BRI. Dengan pertumbuhan yang tinggi itu, mengubah komposisi kredit mikro terhadap total portofolio kredit BRI, dari 40% sebelum masa pandemi menjadi 42%.
“Maka semakin nyata kontribusi BRI kepada masyarakat level mikro dan ultra mikro untuk semakin menjangkau mereka dalam hal pembiayaan. Dan dalam corporate planning BRI pada 2025 nanti porsi kredit mikro akan menjadi 45%,” urai Supari.
Segmen mikro dan ultra mikro memiliki pertumbuhan yang cepat dan lebih tangguh menghadapi pandemi. Ini bisa dilihat juga dari penambahan jumlah nasabah. Pada kurun waktu 5 tahun sebelum pandemi, rata-rata penambahan nasabah pinjaman setiap tahun berada di kisaran 400.000-600.000 nasabah.
Memasuki masa pandemi pada 2020 penambahan nasabah mencapai 1,2 juta. Adapun tahun lalu bertambah 1,4 juta nasabah. Disbursement kredit mikro harian-pun meningkat dengan rata-rata Rp1,7 triliun per hari. Peningkatan tersebut menurutnya tak lepas dari kebijakan pemerintah yang tepat dalam penanggulangan pandemi.
“Oleh karena itu pada 2022, BRI khususnya bisnis mikro akan tumbuh double digit. Kemudian dari riset terakhir terkait dengan optimisme UMKM di dalam Index Bisnis UMKM semua optimistis. Dengan optimisme pemerintah dalam pengendalian Covid ini maka demand kredit pada 2022 akan semakin meningkat,” pungkasnya. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: