Krisis Perajin, Regenerasi Jadi Solusi
Reporter:
andriansyah|
Senin 21-03-2022,11:40 WIB
radartasik.com, RADAR TASIK — Minat anak-anak untuk menjadi perajin sangat minim. Maka dari itu, sebagai upaya meregenerasi, SMAN 10 Tasikmalaya menyelenggarakan Festival Lomba dan Rekor Melukis 2022 Payung Geulis se-Jawa Barat. Festival tersebut diikuti 2.350 peserta, baik dalam jaringan (daring) maupun luar jaringan (luring).
Kepala SMAN 10 Tasikmalaya Dr H Yonandi MT menuturkan
payung geulis yang merupakan warisan budaya takbenda (
WBTb) itu merupakan salah satu program atau kurikulum sekolah. Di mana, layanan pendidikan melalui kursus dan pelatihan dalam memberi bekal pengetahuan, keterampilan serta menumbuhkan sikap mental entrepreneurship.
”Program tersebut di antaranya bidang rekayasa, pengolahan, budi daya dan kerajinan. Di bidang kerajinan dititipkan program
payung geulis. Di sana diajarkan bagaimana membuat rangka
payung, dibalut kain satin, dan setelah itu diserahkan kepada guru seni budaya untuk dilukis,” ujarnya di sela kegiatan kepada awak media, Sabtu (19/3/2022).
Festival itu, lanjut dia, merupakan kolaborasi dengan para pengrajin
payung geulis sehingga lahirlah
Rekor MURI 2.350 siswa melukis
payung geulis. Pihaknya berkeinginan melestarikan dan meregenerasi
payung yang merupakan salah satu ekonomi kreatif khas Kota Tasikmalaya. ”
Payung ini butuh dipromosikan. Oleh karena itu, harus dikenal di tingkat nasional dan internasional,” tutur Yonandi.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya menyampaikan saat ini dari 10 pengrajin
payung geulis berkurang jadi lima pengrajin dan kita harus membuat regenerasi. ”Melalui kegiatan ini akan muncul regenerasi pengrajin
payung geulis, semoga ini menjadi simbol kebangkitan perekonomian para pengrajin,” ujarnya.
Istri Gubernur Jawa Barat tersebut mendorong melalui event semacam itu kalangan muda bisa turut serta melestarikan warisan budaya daerahnya. Supaya bisa tetap dilangsungkan turun temurun dan tidak hilang.
”Kita ketahui perajin aslinya saat ini hanya kurang dari 10 orang. Kalau bukan kita yang melestarikan mau siapa lagi,” tutur Atalia. (igi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: