Putra Keduanya Ungkap Kemurtadan Pendeta Saifudin Ibrahim

Putra Keduanya Ungkap Kemurtadan Pendeta Saifudin Ibrahim

radartasik.com, PUTRA kedua Pendeta Saifuddin Ibrahim, Saddam Husein, bercerita momen saat dirinya pertama kali melihat ayahnya pindah agama dari Islam ke Kristen. Saat itu tahun 200. Saddam Husein masih duduk di kelas 6 SD.

Sebuah video yang dirilis Dawa Video, 8 Januari 2015 pada Youtube, mendokumentasikan perasaan Saddam Husein ketika tahu ayahnya keluar dari Islam.

Saddam Husein juga tahu bahwa sebelum murtad ayahnya pernah menjadi seorang ustaz. Ayahnya merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lalu, ayahnya menjadi pengurus Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu pimpinan Panji Gumilang.

Dalam video tersebut, Saddam Husein menceritakan bahwa kemurtadan ayahnya tidak secara langsung diketahui kedua saudaranya dan ibunya.

Saddam Husein merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, hasil pernikahan Saifuddin Ibrahim dengan Nurhayati.

Saddam Husen bercerita ayahnya merasakan kekecewaan berat terhadap Pondok Pesantren Al-Zaytun. Keluarganya kemudian diboyong keluar dari Al-Zaytun, meski tak langsung tinggal serumah dengan semua keluarganya.

Pada masa itulah, Saddam satu-satunya anak yang dibawa ke Jakarta oleh Saifuddin Ibrahim dan mengetahui kemurtadan ayahnya.

Kata Saddam Husein, ayahnya mengunjungi beberapa ”teman” Saifuddin, yang belakangan diketahui  di antaranya  pemimpin Ziokindo (Zionis Kristen Indonesia) yakni Edi Sapto.

Di saat kunjungan tersebut, didapati oleh Saddam Husein bahwa Saifuddin telah berdoa layaknya seorang Kristiani. Begitu khusyuk dan mengimani Yesus sebagai juru selamat.

Merasa terpukul dengan kemurtadan Saifuddin, Saddam yang masih kelas 6 SD ketika itu (2006) tak dapat menghentikan air matanya.

Saddam Husein  tak habis pikir, ayahnya yang seorang ustaz dapat begitu mudah menjadi kafir.

Setibanya di rumah, Saddam tak mampu mengutarakan langsung apa yang ia ketahui tentang ayahnya kepada ibu dan kedua saudaranya, karena tinggal di tempat yang berbeda. 

Namun, tak lama kemudian Saifuddin memboyong semua keluarganya ke Jakarta dan mulai mendakwahkan Injil kepada dua saudaranya yang lain, yakni Reza Fikri (anak pertama) dan Muammar Khadafi (anak ketiga).

Muammar yang masih polos ketika itu menganggap ayahnya  masih seorang ustaz yang sedang mengajarkan tentang apa itu agama Kristen, maka tidak ada yang curiga, termasuk istri Saifuddin, Nurhayati.

Mereka diberikan masing-masing sebuah Al-Kitab dan diawali dengan memahamkan tugas orang tua dalam Amsal, kemudian disusul dengan Mathius.

Mulanya semua berjalan seperti sebuah taklim biasa. Namun Saddam Husen tak dapat menahan perasaannya melihat upaya pemurtadan terjadi di rumahnya.

Saddam Husein akhirnya membongkar kemurtadan Saifuddin kepada ibu dan kedua saudaranya.

Seketika itu mereka menjadi sedih, terutama sang istri Nurhayati.

Bahkan, dengan memanfaatkan posisinya sebagai imam rumah tangga, Saifuddin membaptis istrinya. Istrinya tak mampu melawan, walaupun di dalam hati Nurhayati menolak sejadi-jadinya.

Seiring semakin kerasnya upaya Saifuddin dalam mengkristenkan keluarganya, Nurhayati berupaya menyelamatkan putra-putranya.

Nurhayati kabur membawa ketiga putranya ke Jepara, menghindari pemurtadan yang dilakukan suaminya sendiri.

Nurhayati kembali kepada Allah SWT. Ketiga anak dari Saifuddin Ibrahim kini masih menjadi muslim, dan mereka meminta ayahnya untuk kembali ke Islam. (ing/radarcirebon)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: