Sekolah Bebas Pilih Kurikulum, Semakin Ringkas, Materi Diserap dengan Baik

Sekolah Bebas Pilih Kurikulum, Semakin Ringkas, Materi Diserap dengan Baik

radartasik.com, RADAR TASIK - Peluncuran Kurikulum Belajar dan Platform Merdeka Mengajar langsung disampaikan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim. Itu dikemas secara daring pada channel YouTube Kemendikbud Ristek Merdeka Belajar episode 15 pada Jumat (11/2/2022).


Hal itu disambut positif oleh Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XII Tasikmalaya. Karena mampu melakukan terobosan akselerasi mutu pembelajaran dan peningkatan kualitas guru.

“Peluncuran kurikulum belajar dan platform merdeka mengajar memperjuangkan transformasi pembelajaran, walaupun masih ada tantangan pandemi Covid-19,” kata Kepala KCD Pendidikan Wilayah XII Tasikmalaya Dr Abur Mustikawanto MEd kepada Radar, Rabu (16/2/2022).

Mengingat Indonesia, khususnya Tasikmalaya mengalami krisis pembelajaran baik numerasi, literasi, dan sains. Itu yang berdampak pada jebloknya hasil penilaian pendidikan kelas dunia, Program for International Student Assessment (PISA), yang masih perlu diperbaiki untuk mengejar ketertinggalan.

“Kurikulum Merdeka, sebagai acuan untuk mengembangkan pembelajaran lebih baik, sehingga dapat mengejar ketertinggalan hasil PISA tersebut,” ujarnya.

Lalu, ia pun memahami munculnya Kurikulum Merdeka tersebut sesuai dengan penyampaian Mendikbud Ristek Nadiem Makarim. Bahwa berawal dari kurikulum darurat merupakan langkah pertama menuju Kurikulum Merdeka. “Karena efektif untuk mitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi,” katanya.

Kemudian, hasil dari analisis Kemendikbud Ristek, selama 12 bulan kepada siswa ketika mengikuti pembelajaran di masa pandemi, dengan proyeksi skor 522 yang sudah identifikasi.

“Hasilnya sekolah yang menggunakan full kurikulum 2013 ketertinggalan pembelajaran bisa sampai 5 bulan atau skornya mencapai 482. Sedangkan sekolah yang menggunakan kurikulum darurat lebih membuat pembelajaran lebih efektif, capaian skornya 517 atau ketertinggalan pembelajaran hanya 1 bulan,” ujarnya.

Artinya, kepadatan materi ini tidak mempunyai dampak positif pada pembelajaran siswa. Sebaliknya semakin ringkas dapat memiliki pendalaman materi semakin baik.

“Saatnya mempunyai kurikulum yang ringkas, sederhana dan fleksibel untuk memulihkan ketertinggalan pembelajaran,” katanya.

Kurikulum Merdeka inilah mengarah pada struktur kurikulum lebih fleksibel, guru dan sekolah dapat menentukan pemenuhan jam pelajaran sendiri karena memiliki target satu tahun.

Selanjutnya, fokus materi yang esensial. Memberikan keleluasaan kepada guru berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa.

“Lalu, memberikan dukungan aplikasi digital agar terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik,” ujarnya.

Dengan adanya merdeka belajar, untuk SMA/SMK/SLB tidak ada pemaksaan dalam dua tahun ini dalam penerapan Kurikulum Merdeka. “Kemendikbud Ristek memberikan kebebasan sekolah menentukan kurikulum sendiri, bisa Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, ataupun Kurikulum Merdeka,” katanya.

Ketika memilih Kurikulum Merdeka silahkan. Karena memiliki keunggulan yakni lebih sederhana dan mendalam, sehingga fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi siswa pada fasenya.

Dengan begitu sekolah lebih merdeka, karena siswa jenjang SMA tidak lagi ada peminatan atau kejuruan. Siswa bisa memilih mata pelajaran sesuai dengan minat bakat dan aspirasinya selama dua tahun di sekolahnya.

“Agar mereka tidak terkotak-kotak jurusan IPA atau IPS. Siswa bisa memilih sebagian IPA atau sebagian IPS, karena model itu sudah banyak dicontohkan negara maju,” ujarnya.

Lebih lanjut, guru mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan siswa. Sedangkan sekolah diberikan kewenangan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum merdeka ini sesuai dengan karakteristik sekolah.

“Level kurikulum baru ini menjadiA­kan kemerdekaan sekolah, guru dan siswa sangat tinggi,” katanya.

Manfaatnya, lebih relevan dan interA­aktif. Untuk itu, jenjang SMA miA­salnya, jenis-jenis proses pembeA­lajaran yang dilakukan harus berbasis projek atau menghasilkan karya.

Dengan begitu memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk aktif mengeksplorasi isu-isu aktual baik lingkungan, kesehatan, dan lainnya.

“Adanya implementasi pembelajaran berbasis karya nantinya dapat mengembangkan karakternya. Hasilnya mampu mendukung generasi pembelajaran sepanjang hayat,” ujarnya.

Abur pun mencontohkan program unggulan di SMAN 10 Tasikmalaya yakni double track curriculum, tidak hanya menerapkan Kurikulum 2013, ada juga pengembangan Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) untuk siswa.

Program double track curriculum tersebut, nantinya diintegrasikan dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, dan lainnya harus berbasis terapan untuk mendukung Kurikulum Merdeka.

“Hasilnya agar lulusannya memiliki kecakapan hidup yang menunjang kemandirian dan keberlangsungan hidup mereka,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat H Dedi Supandi SSTP MSi menyampaikan peluncuran Kurikulum Merdeka dari Kemendikbud Ristek sebagai perubahan cepat perkembangan zaman.

“Karena Kurikulum Merdeka ini, adanya penggabungan mata pelajaran sehingga mampu mencetak generasi unggul. Untuk itu, pasti kita dukung untuk mewujudkannya,” ujarnya.

Sudah ada beberapa sekolah di Jawa Barat yang menjadi percobaan menerapkan Kurikulum Merdeka. “Jawa Barat ada sekitar 200 lebih yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka,” katanya. (riz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: