Dahlan Iskan Ungkap Penikmat Subsidi Pupuk yang Sebenarnya

Dahlan Iskan Ungkap Penikmat Subsidi Pupuk yang Sebenarnya

radartasik.com - Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan menyatakan, bahwa subsidi yang paling panjang umurnya di Indonesia adalah, pupuk.

"Saya pun sudah lupa: berapa umur subsidi pupuk itu. Saya buka artikel Prof Dwi Andreas Santoso dari IPB: sudah 53 tahun!," ungkapnya, dalam catatan harian disway.id

"Itulah jenis subsidi yang paling panjang umurnya dalam sejarah kita," tukasnya.

Kalau ada yang punya ide menghapusnya, kata Menteri di era SBY ini, pastilah seorang Bharatayuddha.

"Jangankan menghilangkannya, usaha menguranginya pun bisa babak belur. Jangankan sekadar memotong, merasionalkan pun ribut," ungkapnya.

Menurut Dahlan, petani pasti diuntungkan dengan subsidi pupuk itu.

Tapi sebenarnya ada pihak lain yang lebih menikmati keuntungannya.

"Anda sudah tahu siapa. Anda bisa bilang: sudah rezekinya mereka," tukasnya.

Pemerintahan yang sekarang ini termasuk pemberani: berani memasuki wilayah sensitif ini.

Empat tahun lalu, petani pemilik sawah di atas 2 hektare tidak bisa lagi mendapat pupuk bersubsidi.

Memiliki sawah lebih 2 hektare pastilah bukan miskin.

Hal tersebut membuat heboh. Namun pemerintah tidak mundur. Subsidi itu untuk orang miskin.

Lantas pemerintah mengubah sistem subsidiby name, by address.

Penerima subsidinya jelas: siapa, di mana, luasan tanahnya berapa, perlu pupuk apa saja, berapa jumlahnya.

"Menurut pendapat saya, inilah perubahan paling mendasar dalam sistem pemberian subsidi ke petani," ujarnya.


Pemerintah bergeming. Sudah tiga tahun ini sistem tersebut berjalan dan kian membaik.

Kata Dahlan, hal itu bisa terjadi karena melibatkan teknologi tabulasi di komputer.

Tanpa komputer tak mungkin terlaksana.

Dari situ diterbitkanlah kartu pupuk. Tiap petani punya kartu: berisi kuota pupuk bersubsidi.

Seharusnya kartu itu selalu disimpan di dompet petani.

Tapi petani pilih menaruhnya di kios, milik agen pupuk. Password-nya pun ditulis di kartu itu.

"Daripada kartunya hilang, dan password-nya lupa," ujar mereka.

Akibat perubahan sistem itu, petani sudah harus memasukkan permintaan jatah pupuknya setahun sebelumnya.

Dari situ diketahui: berapa ton pupuk bersubsidi tahun depan. Pemerintah lantas menyiapkannya.

Sistem ini akhirnya berjalan lancar. Tidak ada lagi kegaduhan.


Kelangkaan Pupuk Sp36 dan ZA


Seminggu terakhir, terjadi kelangkaan pupuk Sp36 dan ZA.

Petani kesulitan mendapatkan pupuk ini, khususnya yang bersubsidi.

"Saya baru bisa menduga: pemerintah sengaja mengeremnya," ucap Dahlan.

Belakangan ini biaya produksi pupuk memang naik drastis.

Harga pupuk di seluruh dunia melonjak tajam.

Terutama pupuk yang bahan dasarnya gas bumi.

Itu terkait dengan harga gas dunia yang tidak pernah berhenti mengejar harga minyak mentah.

Harga gas sekarang ini di sekitar USD 12. Naik dari sekitar USD 6.

Kalau distribusi pupuk bersubsidi tidak dikendalikan, nilai subsidi akan membengkak.

Tapi pemerintah tidak mungkin mengurangi jatah pupuk NPK dan urea. Juga organik.

Maka yang harus dikurangi adalah Sp36 dan ZA.

Apakah itu tidak membahayakan pertanian kita?

Bisa menurunkan produksi beras kita secara nasional?

"Kelihatannya tidak. Kandungan Sp36 dan ZA sudah tercakup di NPK, urea, dan organik. Khususnya untuk penanaman padi," tegas Dahlan Iskan.

Sp36 dan ZA memang diperlukan sebagai tambahan, khususnya untuk jenis tanah yang PH-nya tinggi. Itu tidak banyak.

Persoalannya, lanjut Dahlan, petani sudah terbiasa menggunakan semua itu.

"Mereka kurang pede tanpa Sp36 dan ZA,"katanya.

Padahal sebenarnya tidak terlalu ada hubungannya dengan pertumbuhan padi maupun pembuahannya.

Mungkin sosialisasinya yang kurang berhasil.

Di masa lalu, memang terjadi jor-joran' penggunaan pupuk.

Penggunaan pupuk di Indonesia termasuk tinggi di dunia: 100 ton/hektare. Per tahun.

Sekitar 70 persen pupuk itu "hilang" menguap. Yang diserap tanaman hanya sekitar 30 persennya.

"Itu karena teknik pemupukan kita masih lama: disebar-sebarkan," ucapnya.

Begitu banyak perubahan yang sudah dilakukan. Tapi masih begitu jauh untuk mencapai tahap modern. (age/disway)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: