Proyek Gagal Gedung Poli

Proyek Gagal Gedung Poli

radartasik.com, TAWANG — Proyek PemA­bangunan Gedung Poliklinik RSUD dr Soekardjo ditenggarai gagal. Ditandai, pekerjaan yang semula ditarget tuntas 27 Januari 2022, nyatanya sampai 30 Januari masih terlihat aktivitas pekerjaan.


Ketua Koalisi Masyarakat dan Rakyat Tasikmalaya (KMRT), Arief Rahman menceritakan berdasarkan informasi yang ia terima. Eks Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek senilai Rp 13 miliaran tersebut, menjawab bahwa dalam pelaksanaan proyek tersebut terdapat adendum perpanjangan. 28 Desember sampai dengan 27 Januari 2022.

Penyedia jasa konstruksi yakni PT Pulau Intan Perdana menyanggupi pelaksanaan 30 hari tambahan, meski secara aturan bisa sampai 50 hari. “Kontraktor proyek tersebut, menyanggupi 30 hari saja penambahan waktu atau adendum, dengan konswekwensi bayar denda satu permil per hari dan dipotong retensi 5 persen,” tuturnya kepada Radar, Minggu (30/1/2022).

Fakta di lapangan, kata dia, meleset dari kesepakatan tersebut. Masyarakat bisa memastikan langsung ke lokasi, ketika pekerjaan masih terlihat aktif tatkala adendum sampai 27 Januari sudah disepakati pihak rumah sakit dan pelaksana konstruksi.

“Padahal, poliklinik itu berpengaruh sekali terhadap layanan RSUD. Kita lihat para pemegang urusan terkait proyek ini, kurang peka dan memiliki sense of crisis. Komitmen waktu pengerjaan yang disepakati meleset, padahal itu gedung dibangun dari uang rakyat,” keluh Arief.

Pihaknya meminta Pemkot Tasikmalaya bisa bersikap tegas, atas kinerja para pengusaha yang secara terang tidak komitmen dengan kontrak yang disepakati.

Apalagi pada pelaksanaannya tidak mengindahkan standar keamanan para pekerja, sesuai prosedur yang berlaku. “Ini harus menjadi evaluasi bersama untuk pemerintah jangan sampai permasalahan seperti ini dianggap sepele. Perusahaan tidak komit, harus di-blacklist tak cukup didenda saja,” tegasnya.

Ketika Pemkot tidak tegas menyikapi indikasi-indikasi tersebut, Arief khawatir terjadi kongkalikong pada pelaksanaan proyek 3 lantai yang nantinya bakal digunakan sebagai pelayanan medis tersebut.

“Kalau pemkot tidak tegas terkait denda dan hal lain sebagainya, seolah membiarkan adanya potensi kerugian negara dari carut-marutnya pembangunan,” ungkap Arief.

KMRT, lanjut Arief, tidak akan segan mengusut dan melaporkan indikasi persoalan gedung poli ke pihak berwenang. Karena tidak menutup kemungkinan KMRT akan melaporkan ke Kejagung dan KPK, agar bisa turun langsung menginvestigasi dan menindak lanjuti permasalahan proyek ini. “Dan KMRT akan terus memantau respons perkembangan dan kinerja dari pemerintah,” papar dia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar, tambahan waktu pengerjaan proyek selama 30 hari gagal terpenuhi. Kegiatan fisik pasca kebijakan refocusing dari alokasi awal sebesar Rp 32 miliar tidak sampai tuntas pada 27 Januari. Kegiatan konstruksi gedung tersebut digarap PT Pulau Intan Perdana, dengan manajemen konstruksi dari PT Alocita Mandiri dan perencana PT Properti Dua Ribu.

Sebelumnya, Gedung Poliklinik baru tersebut diwacanakan menjadi gedung kebanggaan dalam melayani 11 poli pada 3 lantai yang ada di kompleks RSUD.

Sebagai rumah sakit rujukan wilayah Priangan Timur, RSUD dr Soekardjo terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan. Setelah sukses mendirikan ruang rawat inap bagi pasien kurang mampu di tahun lalu, tahun ini infrastruktur rumah sakit tersebut kembali diperlengkap.

Direktur RSUD dr Soekardjo sebelumnya, dr Wasisto Hidayat pernah menjelaskan kepada Radar beberapa waktu lalu, jika pihaknya telah mengurug gedung poli lama di kompleks rumah sakit.

Saat itu, dalam waktu dekat ini, rencananya dibangun gedung 3 lantai yang menyediakan layanan poli lengkap berbagai jenis kesehatan. “Ini sedang berproses, kami menarget selama 4 bulan pembangunannya tuntas akhir tahun ini,” kata Wasisto kala itu, usai rapat kerja di DPRD Kota Tasikmalaya, Senin (9/8/2021).

Tidak hanya gedung berlantai 3 dengan beragam layanan poli. Rumah sakit daerah ini juga menyiapkan kamar bedah canggih di tahun yang sama. Modular Operating Theatre (MOT), dimana ruang operasi tersebut bekerja secara terintegrasi dalam satu kontrol panel. 

Membuat proses operasi lebih efektif dan efisien, yang terjamin kesterilannya dalam mengurangi risiko paparan infeksi pada peralatan di ruang bedah tersebut. “Saat ini, dari 7 kamar operasi, kita hanya memiliki 1 saja yang MOT.

 Alhamdulillah di tahun ini kami mendapat bantuan untuk mendirikan 11 ruangan operasi dengan sistem MOT. Alhamdulillah, ini menjadi satu-satunya layanan di Kota Tasikmalaya yang hanya ada di RSUD dr Soekardjo,” tuturnya. (igi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: