Diet Garam untuk Cegah Hipertensi dan Stroke, Segini Takarannya
Reporter:
ocean|
Minggu 30-01-2022,00:00 WIB
radartasik.com, OBESITAS, stroke, diabetes, hipertensi dan jantung menjadi sorotan dalam perayaan Hari Gizi Nasional setiap 25 Januari lalu. Bukan hanya balita kurang gizi, pola makan teratur dan sehat dengan gizi seimbang pun menjadi atensi.
Dalam webinar bersama PT Ajinomoto Indonesia, masyarakat diedukasi dalam mengatur asupan garam melalui kampanye ”Bijak Garam”. Data Riskesdas terbaru pada tahun 2018 menunjukkan 21,8% masyarakat Indonesia mengalami
obesitas.
Jika dibiarkan, diprediksi angka
obesitas bisa mencapai 40 persen pada 2030. Artinya, hampir 1 dari setiap 2 orang dewasa di Indonesia bakal mengalami
obesitas.
Kondisi ini harus segera ditangani karena
obesitas dikaitkan dengan sejumlah penyakit, seperti lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
”Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengisyaratkan bahwa masyarakat harus mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat,” ujar Ahli Kesehatan dalam Health Talk & Virtual Tour oleh Ajinomoto Visitor Center dr Rafael Nanda R, MKK, belum lama ini.
”Salah satu kuncinya adalah menjaga asupan gizi seimbang dengan memerhatikan takaran gula, garam, dan lemak pada setiap masakan,” terang dr Rafael Nanda.
- Manfaat dan Dampak Garam Jika Berlebihan
Garam memegang peranan penting dalam memberikan rasa lezat pada makanan. Garam juga memiliki berbagai manfaat bagi tubuh. Manfaat garam yakni menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan berperan dalam menjaga fungsi saraf serta otot.
Namun makanan dengan kandungan garam tinggi cenderung membuat orang makan berlebih sehingga mengarah pada
obesitas dan penyakit lain seperti
hipertensi. Konsumsi garam yang tinggi menyebabkan kadar natrium di dalam darah menjadi tinggi.
- Batasan Garam Sehari
World Health Organization (WHO) menganjurkan batas konsumsi aman garam per hari untuk orang dewasa adalah maksimal 5 gram atau kurang dari satu sendok teh. Karena itu, penting untuk menjaga asupan garam agar tubuh tetap mendapatkan manfaatnya tanpa menimbulkan berbagai risiko penyakit.
- Ganti dengan Umami
Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia dan President Federation of Asian Nutrition Societies Prof Hardinsyah menjelaskan ada beberapa cara untuk mengendalikan asupan garam. Tentu yang sesuai dengan kebiasaan alias pola konsumsi masyarakat Indonesia.
Menurutnya tak bisa dipungkiri, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam membuat masakan memang banyak menggunakan bumbu dan rempah yang memiliki cita rasa tinggi. Sedangkan dalam berbagai bumbu dan rempah itu juga sudah cukup banyak mengandung natrium.
”Nah, cara yang sesuai jika masakan kita sudah banyak menggunakan berbagai bumbu rempah adalah dengan hanya menambahkan garam dapur dalam jumlah yang sedikit sekali,” ungkap Prof Hardinsyah.
Jika ingin makanan yang dikonsumsi memiliki cita rasa yang tinggi namun ingin diet rendah garam, menurut dia, bisa dengan menggunakan bumbu umami seperti MSG. Banyak penelitian di luar negeri seperti di Jepang menunjukkan penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam.
”Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya 1/3 dari kandungan natrium pada garam dapur biasa,” jelas dia.
Jadi, jika tetap ingin makanan yang dikonsumsinya memiliki cita rasa yang tinggi sekaligus ingin diet rendah garam juga, cara ini bisa dilakukan.
Tetap selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebab kebutuhan setiap gizi seseorang berbeda.
Dalam ”Tanya Nutri Expert” dijelaskan agar konsumen dapat mengetahui informasi gizi langsung dari ahlinya bahwa bumbu umami terbukti meningkatkan rasa pada makanan. (JawaPos/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: