Ini Penilaian Pakar Terhadap Sopir Kontainer Laka Balikpapan

Ini Penilaian Pakar Terhadap Sopir Kontainer Laka Balikpapan

Radartasik.com — Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana menilai, pengemudi truk kontainer dalam insiden rem blong di Balikpapan tersebut, masih amatiran alias kurang jam terbang. Sony menganggap sang sopir cenderung cari aman.

“Pengemudi yang jam terbangnya tinggi, biasanya tahu apa yang harus dilakukan saat menghadapi situasi rem blong. Mereka tahu dan bisa mempertimbangkan hal-hal yang harus diambil dan tentunya siap, dan matang,” ujar Sony kepada JawaPos.com.

Diketahui, truk kontainer melaju dari arah Jalan Soekarno-Hatta menuju simpang Muara Rapak meluncur tak terkendali dan menghantam kendaraan yang berhenti di traffic light, Jum'at (21/1) sekira pukul 06.30 Wita.

Sony menilai, hal ini jelas berpengaruh pada keputusan yang bisa diambil saat kondisi darurat. Pengemudi yang terlatih, punya skill dan matang, tahu terhadap setiap keputusan dan risiko saat menghadapi situasi rem blong.

“Harusnya jangan panik. Ini berkaitan dengan skill dan kompetensi pengemudi yang bersangkutan. Pengemudi yang memiliki jam terbang tinggi, biasanya dia lebih siap saat dihadapkan dengan situasi darurat misalnya saat rem blong,” lanjut Sony.

Sony juga menjelaskan bahwa kejadian rem blong ini biasanya terjadi karena perawatan yang kurang baik dari si pengemudi atau pemilik kendaraan. Maka dari itu, hal ini harus diperhatikan agar tidak berbahaya untuk kondisi lalu lintas.

Sony juga menilai pengemudi truk kontainer tersebut tidak cekatan dalam mengambil keputusan dan akhirnya melakukan hal yang salah.

“Operasional ini tidak boleh salah. Manfaatkan alternatif lain yang ada pada instrumen kendaraan misalnya parking brake dan engine brake. Hal ini biasanya optimal untuk melakukan pengereman saat kondisi rem utama blong,” terang Sony.

Harusnya, lanjut Sony, sopir juga bisa melihat dan berhitung. Saat dihadapkan dengan kondisi rem blong, menurutnya, ada waktu untuk mengarahkan kendaraannya ke arah yang risiko kehilangan nyawanya lebih kecil.

Misalnya mengarahkan kendaraannya ke arah kiri yang biasanya banyak terdapat pohon, tebing dan sebagainya. Hal tersebut minim risiko buat pengguna jalan lain turut. “Atau ke sebelah kanan ke arah berlawanan. Itu tadi, pengemudi kendaraan besar seharusnya bisa menilai atau mengambil opsi yang tidak mencelakakan orang lain saat situasi rem blong,” tandas Sony. (jpg/try)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: